Selasa, Oktober 21, 2014

Lacryma: Follow One Courses Until Success


Bismillah. Boleh baca sambil dengar lagu dari Edcoustic - Menjadi diriku: 
1. https://www.youtube.com/watch?v=2CQ5BOfrfew 
2. http://k007.kiwi6.com/hotlink/k7xp7z6bbq/edCoustic_-_Menjadi_Diriku.mp3

Rara

      Aku sering menyesal tidak pernah lagi menulis untuk berbagi, padahal disaat yang aku bisa lakukan itu. Sekarang aku sudah dapat mengatasinya dengan baik, in syaa Allah. Beberapa hari ini aku sudah bagikan apa saja yang bisa kubagikan pada orang banyak, tentang ilmu yang aku dapat dari majelis ilmu, tentang fakta islam kaffah yang seharusnya ditegakkan oleh kaum muslim, juga tentang upaya seorang manusia yang selalu ingin menjadi orang baik di mata Allah. Aku sendiri tidak percaya bisa reproduktif ini. Mungkin inilah caraku balas ketidakcerdasanku waktu itu. Salah satunya dikomentari oleh kak Luna, seniorku. Aku juga meminjam beberapa buku untuk menjadi rujukan. Sudah saatnya aku berpikir tentang masa depanku. Aku tidak mau seperti kakak Lelakiku dan membuat sedih ibundaku.

      Mungkin ada yang menyadari, kalau akhir-akhir ini aku begitu gencar, ingin melakukan yang terbaik untuk da'wah, mengajak beberapa orang berdiskusi bersama agar bisa meresapi ilmu islam yang mungkin saja dia belum tahu, serta menulis berbagai kata-kata baik yang bisa dikatakan. Aku begitu hanya karena sedang bersyukur, merasa harus bisa menyusul ketertinggalan, menjadikannya sebagai sebuah penebusan dosa, dan menutupi kesedihan.  Hal ini pertamakali lenyap ketika aku membaca blog seseorang yang sangat lugu dan filosofis yang kuketahui nama, wajah, dan sedikit kehidupannya. Dia tidak mengenalku.

      Aku juga mulai banyak berpikir segala hal. Beberapa hari yang lalu aku patah hati. Memang sejak awal aku mengagumi orang itu hanya sebatas rasa simpati berlebih. Aku selalu yakinkan diriku kalau aku takkan pernah meletakkan perasaan dan pikiran pada makhluk Tuhan. Ada yang mengatakan kalau aku seperti mengharamkan cinta pada lawan jenis dan memaksa diri sendiri menderita karena tidak mau memperjuangkannya. Memangnya apa yang harus diperjuangkan? Aku bahkan tidak tahu apakah orang itu kenal atau tidak denganku. Aku bahkan ragu dia tahu namaku atau tidak. Kami bahkan jarang bertemu. Bahkan jika aku bertemu orang ini, aku selalu ingin hilang dari hadapannya—atau bisa jadi hilang dari peradaban.

      Meskipun memang dari awal aku selalu berharap orang itu tidak pernah kenal aku, aku takut dia malu jika mengetahui orang sepertiku ini menyukainya. Beberapa temanku tahu kalau aku menyukai orang itu, aku yang lugu (lucu-lucu guoblok) ini termakan buaian teman-teman yang mendukungku bersama orang itu. Tapi selama perasaan ini ada, aku bingung—aku lebih banyak bersedih ketimbang bahagia. Padahal yang pernah aku dengar dan baca, jika seseorang menyukai lawan jenis, maka perasaan berbunga-bunga lah yang dia rasakan tiap harinya. Kenapa aku tidak begitu? Aku hanya sering menangis karena tertekan dengan perasaan ini, aku sering berpikir kalau aku seharusnya tidak menyukai orang ini, aku tidak boleh begini, dan seterusnya. Beberapa kawanku mengatakan kalau aku dan orang itu memilki probabilitas tinggi, cocok, dan sepantaran. Ya, aku tidak menelannya langsung dan juga tidak menolak pendapat mereka, tapi aku selalu merasa ada yang janggal. Aku tahu kalau orang itu sangat menyukai wanita cantik.

      Akhirnya pertanyaan itu terjawab. Meskipun prinsipku tetap tidak hancur, yaitu orang yang kusukai tidak pernah mengetahui aku menyukainya, dia tetap tidak mengenalku, dan aku tidak pernah meletakkan perasaan dan pikiranku pada orang itu. Aku sering mencaritahu tentangnya, sengaja atau tidak. Salah satu teman baruku mengabarkan kalau ternyata dia menyukai seorang wanita, yang cantik, yang sering bertemu dengannya, dan sepertinya aktivis da’wah. Namun, betapa aku tidak terkejut, yang aku tahu, segala clue tentang wanita itu pas—cantik dan berada di sekitarnya, hanya saja tidak menunjukkan kalau dia adalah aktivis da’wah islam kaffah. Aku langsung ilfeel, bagaikan diberi minuman jamu—rasanya pahit, tapi ini baik untuk kesehatan. Orang itu lebih suka wanita cantik ketimbang wanita pejuang islam kaffah. Ini benar-benar bertolak belakang dengan prinsipku. Bagiku, memiliki pasangan yang satu pandangan itu sangat penting, awalnya, aku mengabaikan lelaki yang sempat mengaku mengagumiku hanya karena dia berbeda harakah denganku. Aku malah memilih menetapkan prinsip menikah dengan satu harakah, tapi malah diterpa badai karena kenyataan orang yang kusukai menyukai wanita yang berbeda dengan harakahnya. Aku jadi mulai berpikir banyak.

      Ibuku mengatakan untuk mencintai laki-laki yang mencintai aku duluan. Aku juga berpikir begitu, lebih baik aku berlabuh pada orang yang benar-benar memilihku. Aku memilih orang yang memilihku, dengan beberapa pertimbangan. Ini lebih baik, karena fokus hidupku hanya untuk Allah. Aku tidak begitu mempermasalahkan harakah orang yang nanti memilihku, yang penting dia shalih, bisa mewujudkan mimpi bersama denganku, membangun keluarga yang hafidz dan hafidzah, mendidik anak dengan kasih sayang dan al qur’an as sunnah, serta memilihku hanya sebagai satu-satunya pendamping hidupnya hingga nanti ajal menjemput dan beberapa pertimbangan lain. Ketika suatu saat nanti aku dipertemukan dengan lelaki yang memilihku itu, aku akan katakan padanya bahwa aku sudah mencintainya sejak dulu. Bahkan jika kita belum pernah bertemu. Aku tidak tahu kau berasal dari mana, anak siapa, dan kapan kau akan menjemputku dari ayahku. Aku hanya akan sibukkan diriku untuk mencintai Tuhan kita sampai nanti waktu itu datang, aku akan terus begini sampai bisa melakukan pembalasan cinta pada orangtuaku, meski kau datang atau tidak. Karena aku yakin, Allah sudah tetapkan waktunya meski kita tidak akan pernah tahu. Aku akan sibukkan diriku dengan menyiapkan bekalku di akhirat kelak, karena aku tak tahu kapan aku mati.

“Allah menghidupkan dan mematikan.” (QS. Ali Imran [3]: 156).
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.” (QS. Ali Imran [3]: 145).
“Di mana saja kalian berada, kematian akan menjumpai kalian kendati kalian berada dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. an-Nisa’ [4]: 78).

      Ada dua hal yang misterius di dunia ini, yaitu pernikahan dan kematian. Kita tidak akan pernah tahu kapan bertemu dengan dua hal ini. Namun, kita mengetahui bahwa pernikahan itu belum tentu terjadi, sedangkan kematian itu pasti terjadi. Oleh karena itu, aku memilih meletakkan perasaan dan pikiranku hanya untuk Allah, berusaha menjadi penghuni surgaNya,  takkan pernah mengagumi dan simpati secara berlebih pada makhlukNya, karena meskipun kita tidak dipertemukan di dunia ini Allah pasti siapkan pertemuan kita di surga kelak. Aku memilih melakukan program fokus beribadah demi surga yang menjadi tujuan ku, jika memang benar sukses yang sesungguhnya itu ketika kita bisa menjadi manusia paling bertaqwa pada Tuhannya. Hal yang terakhir ingin kusampaikan, aku lebih mencintai Tuhanku ketimbang segala hal yang lain. in syaa Allah. amiin yaa robbal'alamiin. 

“Mereka yang paling banyak mengingat maut dan paling baik persiapannya untuk menghadapi maut itu sebelum turun kepada mereka. Mereka itulah yang termasuk Mukmin yang paling cerdas.” (HR Ibn Majah, al-Hakim, al-Baihaqi, Abu Nu’aim dan ath-Thabrani).



   
Zeki R.A.
     
      Cerita Rara di atas menjelaskan pada kita bahwa sebuah kejadian hidup itu adalah pelajaran, teguran, hikmah, dan ni'mat yang luarbiasa diberikan oleh Allah. Terkadang kita terlalu fokus pada apa-apa yang kita inginkan, lupa tujuan awal kehidupan, dan berlaku sebagai manusia yang hanya ingin mengejar kebahagiaan. Padahal yang namanya bahagia itu adalah ketika kita mampu terbebas dari rasa khawatir, menyesal, dan tertekan akibat dosa yang kita lakukan. Rara adalah manusia beruntung yang ditegur Allah untuk kembali fokus pada Robb nya dengan sedikit colekan lembut. Terkadang manusia sibuk dengan hal-hal yang diceritakan oleh buku-buku dongeng. 

      Saya sering melihat contoh orang-orang yang cool tidak peduli hal terkait pernikahan dan malah menyibukkan diri dengan memperbaiki diri. Ini bukan masalah laku atau tidak, tapi ini masalah prioritas manusia. Bahkan ketika ingin menjalani suatu keluarga, niat dasarnya pun hanya karena Allah kan? Ada orang awam yang berkata dengan sinis, "Hei, mereka itu menikah bukan karena cinta, tapi mereka nikah karena Allah. Bagaimana jadinya pernikahan mereka kelak!". Sungguh aneh. Menurut saya, cara itulah paling tepat untuk membangun sebuah keluarga. Masing-masing insan menyibukkan dirinya dengan kataqwaan dan cinta pada Tuhannya, dan akhirnya atas izin Allah lah mereka bertemu dan saling memilih, karena wanita baik hanya untuk lelaki baik, begitu juga sebaliknya. Jodoh itu cerminan diri. Bahkan jika pernikahan didasari karena Allah, itulah yang membuat pernikahan langgeng bahkan sampai akhirat. Karena jika Allah yang berada di hati, segala kebaikan takkan hilang dari pasangan itu, Allah kan sang Maha Pembolak-balik hati manusia. Sedangkan jika pernikahan didasari dari cinta semata, suatu saat cinta itu bisa pudar, bahkan hilang. Jika cinta itu sudah tidak ada, tidak ada lagi alasan yang bisa mempertahankan pernikahan yang berkah. 

Wallahu’alam bishshawab


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar dari anda menambahkan hal positif bagi Zeki R.A.

Thanks for reading :)

Total Pageviews

ZEKI R.A.. Diberdayakan oleh Blogger.
 
Small Pencil