Jumat, Desember 28, 2012

Lacryma: Empedu Hitam

Bismillahirrahmaanirrahiim ^_^

Assalamu'alaikum wr.wb...


     Sebelum kamu melanjutkan membaca ini, saya berharap kamu mikir-mikir lagi. Ini adalah tulisan tentang saya yang jika orang lain membacanya, mungkin saja mereka akan salah paham atau merasa aneh. Jadi, kalau kamu belum siap untuk bisa ngerti, lebih baik urungkan saja deh meneruskan membaca post ini.
Memahami saya memang sulit. Bahkan saya sendiri bingung apa mau saya. Sudah 5 tahun saya memendam semua ini dan akhirnya Allah tunjukkan pada saya kalau tak akan baik jika terus tutup-tutupi--karena saya juga takut jika ini membuat saya memiliki penyakit hati. Semenjak saya diperkenalkan oleh teman saya Noryunita Rahmah tentang Personality Test, saya mulai tertarik untuk mengenal diri saya lebih baik. Belum lagi saat saya menghadiri acara KSI Asy Syifa saya mengisi formulir dan menulis kelebihan dan kekurangan saya di lembar tersebut--saat seminar, sang pemateri menjalaskan bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mengenal dirinya sendiri. Menurut saya, teman saya si Noryunita Rahmah atau biasa dipanggil Yuyun ini adalah 1 contoh dari 2 orang yang menginspirasi hidup saya dalam meraih target dan impian. Yang satunya lagi tidak bisa disebutkan di sini karena akan menjadi kontroversi bagi orang lain--orang yang saya maksud adalah kakak tingkat saya yang katanya sejak kecil selalu dididik oleh orangtuanya untuk rajin membaca koran, dia juga orang berprestasi dalam hal pelajaran--hanya saja bedanya dia orang yang hebat dalam leadership. Oleh karena itu, perasaan simpati saya terhadap orang-oranglah yang mendorong saya untuk mengenal diri saya lebih baik. Hal ini dijelaskan pada post saya terdahulu yang berjudul "4". Saya mendapat inspirasi dari Yuyun tentang membagi perasaan saya. Kalau dia kan membagi perasaan menjadi 3. Kalau saya menjadi 4 kategori perasaan.
     Saya sering sekali jatuh--salah satu impian saya adalah menjadi orang yang punya leadership terbaik di antara teman-teman, namun saya gagal. Alasannya karena saya orang yang melankolis. Saya melakukan personality test berulang-ulang kali sampai saya jelek tetap aja hasil kepribadian primer saya itu melankolis dan kepribadian sekunder saya koleris. Mungkin karena kepribadian dasar saya inilah yang membuat saya terus-terusan belum bisa berhasil meraih target tersebut. Saya belum cukup militan dalam berkontribusi untuk dakwah, saya belum cukup ideologis. Sekarang saya jadi lebih tau penjelasan kepribadian melankolis dan koleris dalam diri saya. Saya sadar kenapa point melankolis saya yang paling tinggi ketimbang koleris yang berjiwa pemimpin. Sekarang saya sudah cukup mengenal diri saya kenapa saya seperti ini, saya tipe orang yang memendam sesuatu yang saya pilih secara rapat. Selama ini orang mengira saya ini adalah orang yang cukup terbuka dengan keseharian saya, tapi sebenarnya saya memakai semua itu dengan berbagai alasan. Saya tidak suka menjadi orang yang seperti itu, meski saya ingin menjadi penyampai berita--saya selalu menyesali sikap saya itu. Waktu teman saya mengetahui saya orang yang melankolis, dia mengatakan saya punya kepribadian ganda--mungkin dia kaget, karena yang terllihat itu hanya secara visual saja. Dia cuma ngga tau kalau ada rasa sakit yang saya simpan selama berhari-hari, berbulan-bulan dan bertahun-tahun.
     Di antara semua post yang ada di blog saya, kamu pasti sadar kalau semua nya hampir jarang memaparkan hal-hal yang sensitif dan mendalam. Hampir semua yang saya posting adalah ekspresi lucu, gaje, santai, dan gembira. Hanya satu yang saya post berdasarkan benar-benar apa yang saya rasakan. Kenapa, karena saya tidak bisa mengespresikan rasa sedih dan sakit saya dalam bentuk apapun--saya bingung mengungkapkannya baik lewat media apapun. Jikapun ada, itu hanya tersirat.
     Sekarang saya sadar, bagaimanapun saya berusaha menjadi koleris--rumit meraih keberhasilannya. Berbeda dengan Yuyun dan Ka *a*** yang dia sudah didik bertahun-tahun dengan keadaan lingkungan yang mendukung menjadi orang yang begitu. Masing-masing mereka sampai 'kenyang' dengan keadaan tersebut, membaca koran sejak kecil misalnya. Sekarang saya sadar, saya memang berada dalam didikan yang berbeda dengan mereka.
     Saat ini saya berada dalam tingkat down maksimal. Sudah tidak ada lagi yang bisa saya percaya selain sahabat saya yang satu ideologi. Saya cukup bersimpati pada orang-orang yang saya ingin menjadi lebih dari mereka, tapi sekarang saya sudah cukup tau--hidup itu curang. Selama ini saya sangat perfectionis dan membuat banyak standar tinggi pada diri saya. Saya menyesal menjadi oranglain di sekolah dan kampus dan menjadi oranglain lagi di rumah dan keluarga. Sekarang saya sudah mengerti, saya tidak bisa meraih target saya dengan cara orang lain--saya harus tetap menjadi melankolis yang berusaha sesuai joblist saya. Belum lagi diri saya yang fitrahnya sebagai akhwat, bahkan jilbaber--saya harus memberikan kesempatan diri saya yang asli untuk hadir. Biarkan saya sendirian. Biarkan saya merenung. Saya tidak pernah ingin menampakkan wajah murung saya selama ini karena saya tidak ingin membuat orang-orang yang menyayangi saya khawatir keadaan saya. Saya sering berpikir kalau saya kuat dan tidak perlu dikasihani--saya sering menangis jika  hanya berada dipuncak rasa sakit saya, karena selama ini saya hanya ingin menahannya agar semuanya tersembunyi tapi sekarang saya mulai mengerti--hidup memang jangan pernah dipercayai. "Dunia ini adalah penjara bagi orang-orang mukmin,"
     "(ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankannya bagimu 'Sungguh, Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat dengan berturut-turut. Dan tidaklah Allah menjadikannya melainkan sebagai kabar gembira agar hatimu menjadi tentram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah di sisi Allah. Sungguh Allah Maha Perkasa Maha Bijaksana." (QS. Al- Anfal: 9-10.)
melihat ayat ini, saya mulai semangat untuk menjadi diri saya yang saya merasa nyaman di dalamnya--tanpa harus membuat penyesalan berkali-kali. Selama ini, menjadi oranglain malah menghambat kinerja saya dan semangat dakwah saya. Saya mau memperbaikinya dengan benar. Jika saya bisa mendapat titik tertenang saya dengan KII, Halaqah, Membaca buku, Duduk tenang di atas sajadah. Saya akan jemput itu. Jika rasa ternyaman saya adalah membaca Al Matsura, Membaca Al Qur'an, Menulis, Saat mem-bur gigi dan berbagi ilmu bermanfaat. Saya mau menjadi hal itu, mau menjemputnya dengan gembira. Karena saya percaya bahwa Allah akan datangkan bala bantuan pada diri saya. Saya mau menjemput bantuan dan keberhasilan itu dengan menjadi diri saya yang paling nyaman.
     "Dan (telah menjanjikan pula kemenangan-kemenangan) yang lain (atas negeri-negeri) yang kamu belum dapat menguasainya yang sungguh Allah telah menentukan-Nya. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Al Fatih: 21)

wassalamu'alaikum.wr.wb....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar dari anda menambahkan hal positif bagi Zeki R.A.

Thanks for reading :)

Total Pageviews

ZEKI R.A.. Diberdayakan oleh Blogger.
 
Small Pencil