(adaptasi novel The Bartimaeus Trilogy)
Nathaniel
Tepat di pusat London anak muda itu duduk di antara meja-meja
kerja miliknya. Terdapat tiga meja kerja yang berdempetan dan dua kursi
porselen yang di balut kain sutra. Anak muda ini bergumam sambil mencoret-coret
note lalu membuang kopi dengan merah padam karena marah.
"Saya bisa
buatkan lagi, Sir. Mungkin akan membuat anda lebih rilex dengan wangi jahe yang
lebih-."
"Silahkan
pergi Ms. Pipper. Aku lebih dari baik. Terimakasih banyak atas
keramahtamahanmu selama ini." sambil menyeruput kopi yang tersisa di
cangkirnya.
Wanita itu
bergerak ke arah pintu dengan perasaan prihatin. "Anda boleh memanggil
saya jika perlu bantuan, Sir." pintu tertutup.
Nathaniel sangat
frustasi dengan kejadian barusan--sebenarnya kejadian akhir-akhir ini yang
membuatnya tidak tidur. Wajahnya mulai tirus karena banyak pikiran. Matanya
tidak secerah kejayaannya di pemerintahan dulu--juga lingkar hitam di matanya
membuat terkesan lebih tua.
Beberapa tindakan
cerobohnya dan konspirasi pemerintahan yang terjadi akhir-akhir ini yang malah
membuat Nathaniel kehilangan kepercayaan Perdana Menteri. Demon nya yang berkhianat dan gadis commoner liar yang membuatnya semakin
galau. Sekarang kegalauannya mulai keterlaluan.
Sambil
memutar-mutar pulpen di atas perkamen anak muda itu mengingat-ingat tindakannya
beberapa saat tadi. Dia lemah. Tidak punya rekan kepercayaan. Dia berpikir
kemungkinan Connor berkhianat sangat mungkin--hanya anjing Jepanglah
satu-satunya teman setia. Percuma, nathaniel tidak punya peliharaan anjing. Dia
harus memperbaiki semua kerusakan ini dengan kepala dingin. Connor yang selalu
mengeluh dengan ucapan-ucapan kasar pada sikap Nathaniel--juga kebiasaannya
mengejek dengan simbol kurang ajar dari tangan--bukan tidak mungkin
membuat semakin banyak yang ingin menjatuhkannya dari kementerian.
Connor sering membantunya dalam segala hal
dan anak muda blagu ini tidak sedikitpun melontarkan terimakasih dua tahun
terakhir. Di setiap tempat ia tetap menjunjung tinggi dedikasinya terhadap
Nathaniel--mencucikan pakaian; memasak; mencari uang untuk banyak listrik; dan
membasuh piring-piring yang digunakan anak muda itu setiap setelah memasakkannya.
Orang bloon mana yang tahan dengan keadaan seperti ini. Kepergiaan Mr.
Underwood membuat keadaan semakin buruk. Jane Farrar yang terus menusuknya
dengan persaingan kotor di kementerian. Tidak ada seorangpun yang dapat di
percaya. Padahal jika sedikit saja dia menyadari keadaaan yang dialaminya saat
ini dia bisa dengan mudah membersihkannya dengan sekali jentikan jari. Tapi dia
terlalu sok, sombong dan haus kekuasaan.
Anak muda itu
beranjak dari meja kerjanya dan mengambil buku tebal di puncak rak buku
kamarnya. Rapalan mantra kuno keluar dari mulutnya dan buku itu membuka sendiri
ke halaman tempat cacatan kuno 125 SM.
.....dan
dengan tegas ia hentakkan kaki hitamnya di atas lumpur asap tempat dia mengubur
kisah aspirasi penyirhir Cleopatra dan budak-budak firaun. Wajahnya tegas dan
dingin. Ptolameus semakin tertarik dengan apa yang dia lihat. dua hal yang dia
lakukan seharian ini yaitu membaca sandi-sandi artefak makam lalu menulis
sesuatu. tak ada satu budakpun yang tak patuh. Tapi dalam sejarah kerajaan
Mesir baginya afrit dan jin-jin ini bukanlah budak...
.....perlakuannya
terhadap dirinya sendiri sebelum menyentuh gerbang layaknya dia menghargai
orang lain. Dan rasa takutnya terhadap Tuhan. Rasa cintanya terhadap ilmu
pengetahuan...
"Dengan
melahap buku dia kenyang." seorang wanita cantik tiba-tiba hadir
dibelakang anak muda itu. Tapi tak sedikitpun Nathaniel merasa terkejut. Atau
mungkin dia hanya menyembunyikan rasa terkejutnya dan terlarut dalam pikirannya
sendiri. "Sedang apa kau? Ku harap kau makan telur banyak-banyak karena
frustasi hingga mati tersedak untuk menghilangkan stresmu, kau benar-benar
sekarat. Atau berlari maraton sambil minum lalu tersedak dan mati karena
serangan jantung. Juga-"
"Aku akan
memperbaikinya dengan benar. Kuperintahkan kau menceritakan tentang Ptolemy.
Master kesayanganmu itu." anak itu memotong dengan tatapan dingin terhadan
wanita itu.
Wanita yang
tadinya berwajah melankolis dengan kaca mata kotak kecil di wajahnya dengan
setelan musim dingin London. Jas bulu yang menutupi T-shirt dan celana jeans
yang lomgar lengkap sepatu sandal plastik membuat Jin ini terlihat berandalan
seperti sedang shopping di pusat perbelanjaan. Sekarang seakan mengalami proses
kemunduran--giginya yang putih tadi dengan senyuman manis mencuat dengan
proporsi yang tak pas dengan bibir tanyannya yang kecil tiba-tiba berubah
degenerasi menjadi bersisik mengambil kacamata kecil yang dipakai tadi lalu
memasukkannya ke dalam mulut dan mengunyah sambil menganga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar dari anda menambahkan hal positif bagi Zeki R.A.