Senin, November 03, 2014

Stairs: Khasnya Carabelly

Bismillahirrahmaanirrahiim ^_^


Zeki R.A.

      Tulisan ini bisa dibilang sebagai tanda terimakasih saya sekaligus pidato resmi atas rilis nya blog baru saya. Blagu banget ya? biarlah asal semakin menambah semangat untuk berbagi tulisan. Terkadang, kita takkan tahu kalau diam-diam ada yang terinspirasi, tersenyum, ataupun menangis karena tulisan kita. Inilah salah satu alasan kenapa banyak orang yang hobby menulis mendapatkan kepuasan tersendiri untuk menulis apa saja yang ingin dia tulis. Ngga, sebenarnya sayanya saja yang ngebet pengen nulis.  

      Blog baru riskiagustin.worldpress.com dibuat oleh teman saya Noryunita, terimakasih ya Yuyun *peluk Yuyun*. Waktu itu saya sudah berniat untuk membuat blog baru, tapi ternyata laptop yang saya pakai tidak bisa membuka web wordpress. Saya coba download aplikasi wordpress di playstore dan  registrasi di situ juga tetap tidak bisa. Saya hampir menyerah. Tapi Yuyun tetap memberi saya semangat, bahkan menawarkan bantuan untuk membuatkan blog baru itu. Untungnya dia orang yang baik dan perhatian, jadi dia buatlah blog baru itu. Namun, saya merasa aneh jika blog yang akan saya isi tulisan-tulisan saya kelak tersebut malah faktanya buatan orang lain. Jadilah saya meminta Yuyun untuk membuat sapaan tentang blog itu sebagai keterangan, kalau blog itu bukan dibuat sendiri oleh saya. Awalnya saya khawatir dia menolak untuk menambahkan tulisan perdana blog tersebut, lebih tepatnya takut kalau dia terpaksa. Karena dia itu tidak mudah untuk mengatakan tidak. Tapi saya bersyukur, tulisan yang dia tulis di blog baru saya itu membuat saya semangat untuk menulis tulisan ini. Awalnya saya ragu, apakah blog itu akan terurus? blog yang ada saja jarang diurus? saya lebih sering menulis di word dan menyimpan kata-kata yang saya rangkai dengan apik menjadi harta karun. Sepertinya saya tidak boleh terus-terusan begitu. Akhirnya saya memutuskan memakai blog baru itu untuk berbagi puisi atau kata-kata positif yang bisa jadi pengingat saya sesuai dengan yang dijelaskan oleh tulisan pembuka dari teman saya ini. Saya akan lanjutkan seri fiksi Rara dan zeki R.A. untuk inspirasi bagi diri saya di masa depan.

*****
 
Rara

"Dokter gigi adalah perpaduan yang sempurna antara kecerdasan, kecantikan, keperkasaan, dan tenaga seperti kuli." Andrea Hirata

      Saya belum pernah membayangkan kalau saya akan berada di tempat ini, di tempat saya menimba ilmu, PSKG. Pertamakali saya hadir di lingkungan ini, saya ragu, apakah benar saya ditakdirkan untuk belajar ilmu kedokteran gigi? Apakah kemampuan saya memang ini? Alhamdulillah, saya sudah yakin kalau inilah saya. Passion saya adalah kedokteran gigi, mungkin. Sejak teringat kemampuan saya ketika preparasi gigi, memodel max, membuat kontur, dan mencetak model study saya semakin yakin. Beberapa di puji dosen dan membuat saya semangat, contohnya hasil cetakan model studi klas 2 premolar, fixed fixed bridge rahang bawah, dan beberapa preparasi gigi lainnya. Saya hanya lakukan apa yang saya suka, yaitu seni. Tidak bisa dibayangkan jika hal yang sangat kau suka malah menghasilkan uang kan? Ini indikasi kalau saya condong memiliki ciri bidang konservasi.

      Saya hanyalah anak biasa, berada di keluarga yang sederhana, memiliki pola pikir konservatif, dan sangat mencintai cara saya sendiri ketimbang ikut-ikut orang lain. Awalnya saya termakan omongan orang banyak dan langsung percaya: 
- Dokter gigi itu biasanya kaya raya, tambal gigi aja 250 ribu
- Mahasiswa kedokteran gigi itu biasanya orang-orang berada, punya standar tinggi
- Mahasiswa kedokteran gigi itu biasanya suka mejeng dan nongkrong
- Umumnya dokter gigi wanita itu pasti cantik
- Biasanya anak kedokteran gigi itu glamor dan kaya
- Biasanya anak kedokteran gigi itu punya gadget yang mahal-mahal
dan lain-lain yang menandakan kalau bergelut dibidang ini identik dengan segala hal yang mewah dan wah. 

      Saya mulai berpikir, apakah ini tempat saya? bagaimana jika saya tidak bisa beradaptasi? Saya jarang dandan. Saya juga rada tomboy. Saya bukan tipe orang yang mainstream dan sangat konservatif. Saya juga anti mengubah prinsip hidup. Mungkinkah saya tepat berada di sini? Ya, ternyata saya ditakdirkan mencintai lingkungan ini. Namun dengan sudut pandang yang lain. Jika Andrea Hirata mengatakan dokter gigi itu cerdas, cantik, perkasa, dan mampu melakukan hal berat. Saya mulai setuju. Menjadi dokter gigi itu harus cerdas. Mereka belajar fisiologi, biokimia, anatomi,farmakologi, dan sebagainya dalam satu blok. Itupun hanya superfisial, padahal ilmu ini sangat diperlukan ketika sudah berada di tengah masyarakat. Akhirnya kita akan belajar mandiri untuk memperdalamnya. Bayangkan, ketika seorang dokter gigi mengabdi pada desa terpencil, mereka dianggap masyarakat sebagai dokter--akhirnya tanpa pandang bulu masyarakat memerlukan ilmunya sebagai dokter, maka ilmu kebidanan, keperawatan, dokter umum, tekniker, dia lakukan. Karena tidak semua masyarakat bisa membedakan. Mereka hanya tahu kalau dokter ya dokter, yang penting bisa mengobati.

      Nah, bagaimana dengan kecantikan? Saya ragu hal ini ada pada diri saya yang sekarang, tapi saya yakin kalau saya memang sudah punya gelar dokter gigi. Ini berdasar pada rujukan kalimat di atas. Nyeheheh. Memang, kebanyakan dokter gigi wanita yang saya lihat itu cantik-cantik, saya juga sering takjub, ini dokter cantik amat, apakah semua dokter gigi cantik begini? Tapi esensi cantik yang saya yakini bukan cantik fisik, tapi kharisma. Banyak dokter gigi wanita yang saya temui, kecantikan mereka terlihat lewat ilmu dan sikap yang dipancarkannya. Entah kenapa aura itu hadir setiap kali saya melihat dokter gigi wanita. Bukan karena permata yang mereka tanam di gigi, atau braces yang tersusun rapi seperti pagar di gigi, tapi mindset keindahan yang mereka miliki selama belajar di kedokteran gigi terpancar begitu saja tanpa disadari.

      Perkasa, saya percaya kalau untuk hal ini. Bagaimana bisa begitu? Jelas sekali, karena berada di dental chair itu sangat capek. Berdiri, duduk, berdiri, duduk, untuk menangani pasien. Yang skillab 3 jam saja rasanya pegal sekali. Apalagi jika praktek nanti? Makanya kami berlatih membiasakan diri. Seperti kata dosen saya, dokter gigi itu adalah pekerja medis yang paling sering pijet

      Tenaga kuli? itu benar. Karena upaya menarik gigi molar itu sangat perlu tenaga yang banyak untuk tercabut. Belum lagi kita harus upayakan tenaga itu terorganisir, jangan sampai penarikan itu membuat rahang pasien fraktur, atau membuat akar giginya patah, atau melukai mukosa pasien, atau melukai diri kita sendiri. Gigi yang dicabut haruslah dalam keadaan utuh. Apalagi untuk pembuatan gigi tiruan, ini adalah saat-saat paling berasa seperti kuli. Ada palu, pisau gipsum, dan gipsumnya. Berasa seperti ingin membuat bangunan rumah. Bedanya ini gipsum, tapi kalau rumah itu pakai semen dan bata.

      Ini yang disebut khas dari seorang dokter gigi, apa yang kita miliki di atas akan kurang lebih sama dengan dokter-dokter gigi lain. Tapi bagaimana jika dokter gigi ini sekalian aktivis da'wah? Memiliki passion lain juga yang sangat dicintainya yaitu berjuang untuk agama Allah? Apalagi menjadi akhwat yang memperjuangkan islam kaffah, saya rasa jarang sekali. Jika ada akhwat yang seperti ini, saya sangat bersyukur. Tolong berikan kontaknya pada saya, agar saya bisa berdekatan dengan orang ini. Karena saya sudah berkali-kali mencari di google, akhwat dokter gigi atau mahasiswa KG yang berjuang untuk syariah dan khilafah ada di mana dan sedang berbuat apa *eh*--ada di mana dan bagaimana perjuangan mereka dalam da'wah. Namun, baru 2 orang yang saya temukan. Itupun dari usaha yang panjang, hanya tahu nama saja, tidak pernah bertemu, dan dia sudah jadi dokter gigi serta memiliki suami pula. Yang satu di Medan, satunya lagi di Sumatra Utara. Saya belum menemukan yang seumuran dengan saya dan sama-sama belum bersuami. Ini seperti keunikan cusp Carabelly, unik sekali bukan? Hanya akan ditemukan pada gigi 36 dan 46. Begitu juga dengan akhwat KG yang aktivis da'wah islam kaffah, hanya akan bertemu pada tempatnya saja, takkan bertemu di tempat yang lain. Pasti ngaji di tempat yang sama, dan belajar bidang yang sama. 

      Jadi, setiap orang atau profesi memiliki keunikan. Jika penjelasan mengenai dokter gigi dari Andrea Hirata itu unik, maka akan bertambah lagi limited edition ketika ditambah dengan tugas lain. Yaitu akhwat dan pejuang syariah dan khilafah. Meski berjuang di lingkungan masing-masing, tetaplah percaya bahwa kita tidak sendirian, kita tidak aneh, kita tidak juga terisolir (terasing). Hanya karena menjadi minoritas yang berjuang di bidang ini, atau bahkan satu-satunya yang berjuang. Jangan sampai futur hanya karena sendirian. Merasa tidak nyambung ketika berdiskusi dengan yang berbeda ilmu pengetahuan. Setidaknya kita yakin kalau kita istimewa, seperti khasnya cusp Carabelly. Menjadi peneduh di antara keputus asaan.

“Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.” (HR. Muslim no. 208)
Definisi asing dalam hadits di atas bukanlah mutlak diberikan bagi seorang yang tampil beda di tengah masyarakatnya. Akan tetapi, asing di sini bermakna seorang muslim yang berusaha melaksanakan syariat Islam dengan benar ketika masyarakat melupakannya. Hanya orang yang tahu letak Carabelly yang akan mengerti kalau Carabelly itu unik. Terletak di tempat yang takkan berpindah, dan yang paham anatomi gigi saja yang akan menemukannya. Cerdas, Cantik, Perkasa, dan Bertenaga Kuli itu seperti 3 molar yang tersusun (memiliki 2 radiks, bukal groove, dan inklinasi akar condong ke distal), tapi tambahan status Akhwat sekaligus pejuang agama Allah itu Khas seperti Carabelly. Hanya orang yang mengerti di mana dan yang mana kekhas an itu ditemukan pada akhwat kedokteran gigi. Terakhir, saya masih tetap menyimpan 3 nama adik tingkat yang sudah saya anggap saudari tersayang saya di pskg, semoga mereka bisa maju ke tahap khas Carabelly ini. Aamiin yaa Robbal'alamiin.



 Zeki R.A.
       Cerita Rara di atas menjelaskan pada kita, bahwa setiap orang memiliki pilihan untuk menjadi unik saja, atau menjadi unik yang istimewa. Terkadang energi dan semangat itu bisa muncul ketika seseorang mulai memikirkan hal-hal detail terkait dirinya sendiri. Dan ini sering terjadi. Wanita, jika ingin mencapai suatu pencapaian pada dirinya pasti akan diupayakan sebisanya. Misal, ingin menjadi istimewa itu adalah cantik. Nah, kalau istimewa itu cantik, banyak sekali wanita cantik di dunia ini. Apalagi kalau kita sempatkan berjalan di mall beberapa menit, pasti sudah ada banyak sekali wanita cantik yang akan kita lihat. Lalu jika pencapaian istimewa itu adalah pintar, banyak sekali wanita pintar di dunia ini. Setiap institusi memiliki wanita cantik dan berprestasi dengan berbagai bakat. Namun, bagaimana jika pencapaian istimewa itu adalah shalihah? yang jelas menjadi shalihah dan berjuang untuk mencapai gelar itu tidaklah mudah. Ada upaya tambahan yang mungkin saja tidak biasa untuk dipilih oleh kebanyakan orang. 
"Yang mau dan bersedia menjadikan da'wah sebagai pekerjaan sampingan saja sedikit, apalagi yang menjadikan da'wah sebagai poros utama hidupnya?"

Nah, menjadi limited edition itu bukan semata-mata ingin menjadi istimewa di antara makhlukNya. Tapi memang sebagai wujud tanggungjawab kita akan perintahNya. Memperjuangkan islam kaffah sekaligus berusaha melaksanakannya adalah konsekwensi keimanan kita sebagai seorang muslim. Maka dari itu, bisa jadi esensi untuk berjuang di jalan da'wah bukan sekedar sikap menjemput keistimewaan, tapi memang kewajiban. Karena konsekwensi keimanan adalah melakukan amal shalih. Bukti bahwa kita beriman adalah mempercayai dan meyakini dalam hati sekaligus melakukan perbuatan (amal)nya juga. Karena kata 'dan' itu adalah kata hubung yang mengartikan bahwa aktivitas yang disisipi 'dan' adalah aktivitas yang dilakukan bersamaan.

"kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya." Q.S. At Tiin: 6. 
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya.” Q.S. Al Kahfi: 107 – 108.

wallahu'alam bissawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar dari anda menambahkan hal positif bagi Zeki R.A.

Thanks for reading :)

Total Pageviews

ZEKI R.A.. Diberdayakan oleh Blogger.
 
Small Pencil