Selasa, September 10, 2013

Tersesat di Jalan yang Benar

Bismillahirrahmaanirrahiim ^_^



Tersesat di Jalan yang Benar
(By Zeki R.A. Riski Agustin PSKG 2011)




Rara
           
Di sudut gedung informatika aku santai – santai dengan headset sambil komat – kamit sendirian. Kadang – kadang aku dikejutkan oleh beberapa kejadian di depanku yang sekarang terjadi—ada kucing yang mencakar satu sama lain di dekat kursi tempatku duduk. Well, lebih baik aku pergi saja mencari tempat yang lebih aman karena sesaat aku baru sadar kalau dua ekor kucing tadi betina dan jantan yang artinya…
            Kakiku melangkah melewati semen jalur jalan menuju tempat yang tenang. Dari kejauhan Anggi menatap sambil berjalan ke arahku.
“Ra, ke mana saja kau? Gabung yuks!”
“Ogah, mau belajar nih.”
“Buset, rajin amat.”
“Hehe.”
Berlalu Rara di antara teman-temannya dan mulai belajar lagi kisi – kisi soal SNMPTN. Rara memiliki cita-cita menjadi dokter dan lewat jalur masuk PTN inilah dia akan meraih impiannya.
***
            Pengumuman Ujian Nasional sudah keluar. “Mutiara Muslimah, dinyatakan tidak lulus/lulus Ujian Nasional.” Itulah tulisan yang diterima Orangtua Rara kemarin, mereka sangat senang dan bersyukur puterinya berhasil menyelesaikan pendidikan SMA. Hari ini adalah hari yang berbeda karena hari ini merupakan pengumuman kelulusan PTN. Rara buru-buru mencari info di internet tentang kelulusannya, merasa berdebar-debar sekaligus penasaran dan takut mengenai kelulusannya. Rara membuka situs pengumuman masuk PTN dan ternyata…
            “Ibu…” Rara berseru sambil berlari ke arah dapur. “Rara gagal masuk kedokteran, Bu.” Ternyata Rara mulai menangis.
            “Tak apa nak, mungkin jurusan yang Rara pilih itu belum tentu yang terbaik untuk Rara.” Sang ibu menghibur Rara. “Bagaimana dengan pilihan kedua yang Rara pilih? Apakah tidak masuk?”
            “Masuk Bu, tapi Rara tidak menyukainya. Rara maunya jadi dokter Bu.” Rara tetap menangis dan merasa kecewa. Namun apa boleh buat, ini artinya Rara akan belajar di pilihan keduanya dalam tes PTN tersebut yaitu Kesehatan Masyarakat. Tidak ada jalur lain yang bisa Rara tempuh untuk mengambil kesempatan masuk kedokteran karena hanya jalur inilah yang dikira ‘mampu’ bagi kedua orangtua Rara memasukkan anaknya ke bangkuu kuliah.
           



Zeki R.A.
Ada banyak faktor yang menyebabkan kau merasa kurang percaya diri dengan Prodi yang kau tempati—atau merasa biasa-biasa saja dibanding Prodi lain—atau malah merasa ‘lebih’ dari Prodi lain dan menjadi sombong karenanya. Untuk saat ini, mari kita bahas jika keadaannya sesuai dengan cerita fiksi Rara. Ingat! Ini cuma fiksi dan fiksi itu adalah seni dalam menulis—jadi tak apa jika kita mengambil pelajaran bermanfaat darinya khaan :P.
Saat kau menginginkan sesuatu, ini biasa di sebut dengan impian. Tapi nasibmu berkata lain. Apalah arti sebuah takdir bagimu. Kau menangis dan meratapi kegagalan perjuanganmu dengan bersedih. Apapun akan kau usahakan—dari belajar, berdo’a, solat sunnah, minta restu dan dukungan orangtua pula. Lalu bagaimana jika keadaannya lain? Misalnya kau menginginkan masuk Fakultas Kedokteran Prodi Pendidikan Dokter pada jalur SNMPTN dan Prodi Kesehatan Masyakat di pilihan kedua dan ternyata lulus di pilihan kedua. Saat itulah kau merasa sangat sedih dan seakan–akan Tuhan tak adil padamu karena sesunggunya kau ingin sekali menjadi dokter. Dengan bergitu kau menerima saja kuliah di jurusan tersebut walau perasaanmu jauh dari rasa senang hati dan tidak begitu ‘sehati’ pada Prodi yang kau tempati sekarang—atau bahkan kau merasa kurang percara diri bahkan tidak suka terhadap tempatmu sekarang.
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (Al Baqarah 216).”
            Apa yang kau inginkan belum tentu adalah yang terbaik bagimu. Begitu juga hal yang kau ogah menjalaninya belum tentu buruk untukmu. Sedih, gagal, kecewa adalah bagian dari hidup tapi tak selamanya begitu.
Well, bingkai ulanglah situasimu di Prodi yang kau tempati sekarang—akan selalu ada situasi yang lebih buruk yang bisa kau pikirkan namun dengan membingkai ulangnya ini akan membuatmu segera merasa lebih baik. Analisa mengapa kau gagal dan bagaimana kau dapat mengambil pelajaran ke depan untuk membawa dirimu selangkah lebih dekat dengan tujuanmu, contohnya kau kuliah dimanapun tidak masalah kau hanya perlu membuat orangtuamu bangga dan bahagia—jangan fokus pada ‘gagal’—fokus saja pada apa yang akan kau ubah. Sukses dinilai tidak pada seberapa cepat kau berhasil tapi seberapa cepat kau pulih, maka bangunlah dan terus berjalan.



Rara
Parkiran kampus sudah mulai padat dengan motor – motor mahasiswa mahasiswi FK. Termasuk motor dosen juga. Motor analis juga. Motor admin. Motor petugas gedung. Semua – muanya pokoknya. Para maba (baca: mahasiswa baru) sudah mulai sibuk dengan acara P2B mereka. Rara satu kelompok dengan kelima Prodi yang ada di FK ini. Seminar gedung depan sudah hampir dimulai—para panitia menyuruh maba masuk ke Aula utama untuk menerima materi dari Dekan. Di kelompoknya, Rara duduk – duduk santai mendengar cerita Prodi lain yang sedang menceritakan mata kuliah mereka.
“Kalau di Prodi mu, ada tidak mata kuliah *tiit* (sensor)? Eh, siapa namamu? Aku Yopi dari Prodi *tiit* (sensor).” Ternyata mereka menyadari kalau Rara sedang mendengarkan pembicaraan mereka.
“Aku Rara. Dari Prodi KesMas. Emm, tidak ada.” Jawab Rara.
“Oh, kalau kami ada. Kan seorang dokt*r itu harus memahami struktur tub…”
Rara memalingkan wajahnya dan pura – pura teringat sesuatu yang penting terhadap teman satu Prodi di sebelahnya. Sehingga pembicaraan dari ‘anak’ Prodi lain tadi ‘secara tidak langsung’ tidak diacuhkannya.
“Arin, kemarin admin ada titip pesan ke Koti kita tentang…
***
Cerita kita skip dulu. Seminarpun berakhir dan Rara kembali ke barisan teman – teman satu Prodinya. Hal yang paling Rara ingat saat pengarahan dari seminar tadi adalah ucapan Dekan yaitu…
“Kalian adalah satu Fakultas, satu keluarga—sama tujuan, sama pengabdian, yaitu kepada masyarakat. Tidak ada yang dilebihkan maupun dikurangkan—karena kalian anak – anak kebanggaan yang tiap – tiapnya bergerak di bidang masing – masing dalam meningkatkan kesehatan masyarakat kita. Maka kita menjadi teman sejawat yang saling menghormati di bidang masing – masing. Jadilah mahasiswa yang terus membanggakan Fakultas dan yang paling utama—membanggakan kedua orangtua.”
Rara setuju dengan kalimat beliau—walau Rara juga sedikit terganggu dengan sikap anak Prodi lain tadi yang kesannya ‘koyo’ atau ‘pamer’ terhadap Prodinya sendiri—ditambah rasa sedih Rara yang merasa payah tersesat di Prodi yang ditempati sekarang. Rara mulai sadar dan mengerti bahwa Prodi inilah yang terbaik baginya—yang penting bisa membuat orangtua bahagia dan tetap melakukan amal kebaikan terhadap masyarakat di bidang kesehatan. Rara berjalan sendirian di antara orang – orang yang bubar.
“Sukses adalah kemampuan untuk melangkah dari kegagalan ke kegagalan tanpa kehilangan antusiasme Anda (Winston Churchill).”
“Ra, kau kelompok berapa P2B? Di kelompokku ada lho anak Prodi lain yang terus – terusan bicara seputar Prodinya—iya kalau gantengnya keterlaluan—ini sombongnya keterlaluan, ‘koyo’ mampus Ra. Ogah banget deh diajak bicara.” Teman Rara menepuk dari belakang.
“Oh. Iya San. Biarkan sajalah.” Namanya Santi, orangnya mudah akrab dan suka bercerita—juga gaul.
“Makanya Ra, huh.” Santi masih cemberut.
“Sudah, ingatkan apa kata Dekan tadi?”
“Betul juga…”






Zeki R.A.
            Well, jika kau sudah berada di Prodimu yang tercinta—bersama orang baru, teman baru, lingkungan baru—pastilah membutuhkan sebuah adaptasi dan pembiasaan. Dari cerita Rara tadi kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran yang mungkin bisa bermanfaat sebagai tips agar kau bisa merasa it’s great berada di Prodi yang kau tempati sekarang.

-Bersyukur-
Bersyukurlah kau berada di Fakultas Kedokteran UNLAM tercinta ini. Masih banyak orang yang menginginkan kuliah di sini tapi tidak bisa. Atau bahkan masih banyak yang ingin kuliah tapi tak bisa kuliah—bahkan lebih baik lagi jika kau seperti Rara yang awalnya merasa tersesat di Prodi yang tidak sehati dengannya namun lebih baik ketimbang menjadi orang yang cendrung memamerkan Prodinya (hehe, intinya kita berlomba – lomba dalam kebaikan), hanya begitu saja sudah sombong, bisa – bisa pasienmu antipati. Jangan yaa :)

-Ingat niatmu apa?-
Sama seperti Rara tadi, kuliah semata – mata karena Allah dan ikhlas menuntut ilmu karena-Nya—hanya ingin mengabdi kepada masyarakat dalam bidang kesehatan dan semata – mata ingin membanggakan orangtua. Di manapun kau kuliah—di Prodi manapun, itu adalah titipan Allah untukmu, sebagai wasilah dalam melakukan kebaikan.

-Bangga lah!-
Bangga bukan berarti sombong. Silakan lihat di KBBI, beda kan artinya? Nah, jadi bangga saja dengan Prodimu. Kita hanya perlu percaya diri dengan ilmu yang didapat dari Prodi kita untuk kesejahteraan ummat, lewat bidang kita masing – masing.

-Bukan jaminan-
Masuk di Prodi ini, Prodi itu, Prodi anu, bukan jaminan kau masuk surga—siapa sih yang tidak mau masuk surga? Nah, masuk surga aja belum tentu apalagi kesuksesan, kekayaan dan kebahagiaan.

-Ayo jalani dan kembangkan sayapmu!-
Jalani kehidupanmu di Prodi ini, ikutilah dan nikmatilah arus kegiatannya—bersenang – senanglah, Jalani perkuliahannya dengan semangat dan iman. Tapi jangan juga terlalu santai atau malah kelewat rajin belajar demi dapat IP 4 sehingga melupakan organisasi. Organisasi juga penting. Ada yang slogan hidupnya ‘mengalir begitu saja’ padahal itu bukan SLOGAN, itu SELOKAN. Namanya orang sukses itu menentukan arusnya sendiri, tidak harus mengikuti arus orang lain. Ikutilah BSO (Badan Semi Otonom) bermanfaat yang bisa membuat kau menjadi luarbiasa dunia dan akhirat atau bahkan ikut organisasi luar kampus seperti Angkatan Muda Al Baythar lalu kembangkanlah sayapmu! Contohnya organisasi da’wah. Sip? :)
            Sampai sini kita bisa menyimpulkan bahwa mungkin saja jalan yang Rara hadapi bukanlah jalan yang sedikitpun pernah ia bayangkan—bahkan tidak diinginkan, Rara merasa tersesat—tapi mungkin saja jalan tersebut adalah jalan yang benar dan baik baginya yang Allah sediakan untuknya. Maka berbanggalah! Teruslah berada di jalan yang benar.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar dari anda menambahkan hal positif bagi Zeki R.A.

Thanks for reading :)

Total Pageviews

ZEKI R.A.. Diberdayakan oleh Blogger.
 
Small Pencil