Bismillahirrahmaanirrahiim ^_^
Cermin I
A: eh, dia akhwat bukan sih?
B: emang kenapa?
A: nggak papa sie…cuma, koq gak pernah ikutan kajian dan ta’lim di
masjid ya? Di acaranya SKI juga gak keliatan? Di kegiatan-kegiatannya
LDK juga ga pernah nongol..
B: mungkin amanahnya di tempat lain. Kan, ada amanah ortu, belajar!
A: tapi, hijabnya koq longgar banget ya? Gak cuma ke ikhwan, ke temen-temen cowoknya juga..
B: biarpun begitu, dia tetap aja akhwat. Buktinya, dia pake jilbab lebar, baju longgar, manset, kaos kaki…
A: tapi dia bisa mencoreng citra baik jilbaber yang selama ini sudah dibangun akhwat-akhwat yang lain
B: udah deh, pokoknya dia tu akhwat. Titik!
A: ya iyyaalaah…masa ikhwan?!
Cermin II
Surabaya hari ini panas sekali. Nisa baru saja tiba di kontrakannya
sehabis menyebarkan proposal kegiatan yang akan diselenggaran LDK-nya
bulan depan. Fyyuuh…keliling-keliling Surabaya di tengah hari siang
bolong begini bukan hal yang mudah. Istirahat dulu ah, batinnya. Belum
sempat ia memejamkan mata, Sony Ericsson K608i-nya sudah menjerit-jerit
minta diangkat. “Ukhti_Lila” tulisan di layar ponselnya.
“Assalamu’alaykum warahmatullah..” sapanya.
“Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh. Ukh, ana minta tolong
ya..ane gak bisa ngisi mentoring di SMA hari ini. Mendadak dosen minta
jam kuliah dimajukan, ane giliran presentasi nih…anti bisa kan gantiin
ane ngisi mentoring, adek-adek dah nunggu dari tadi, plis ya ukh..afwan
jiddan nih, dadakan”, suara orang di seberang sana dengan nada memelas.
“Ga papa, ane ngerti koq. insyaAlloh, ana segera ke sana. Anti fokus ma presentasi anti aja ya..”
“Jazakillah khaira ukhti. Titip adek-adek ya…Wassalamu’alaykum..”
“‘Wa’alaykumsalam warahmatullah..”
Ia kenakan kembali kaos kaki yang baru dilepasnya. Tiba-tiba ia
dikagetkan dengan ponselnya yang lagi-lagi berderit. Kali ini sebuah
pesan diterima, akh_hafidz.
“Assalamu’alaykum wr.wb..af1, RALAT: Syuro koordinasi acara SKI jurusan
dimajukan hari ini, ba’da ashar. Bagi semua panitia, dimohon
kesediaannya untuk hadir. Syukron! Ketupel.”
“Kalo gitu, habis mentoring langsung ke masjid aja..”, ucapnya pada diri
sendiri. Nisa pun segera bergegas keluar rumah, belum sempat ia membuka
pintu, tiba-tiba ada suara memanggilnya..
“Mbak Nisa, jangan lupa ya ntar malem, ba’da maghrib, ada syuro
kontrakan. Biasalah..evaluasi semua sie, agenda Depag macet nih,
keuangan juga menipis, kayaknya bulan ini kita nambah jatah deh, tagihan
listrik ma telpon bengkak”, adu Wiwin, adek kelas satu tingkat di
bawahnya yang juga satu rumah dengannya. Maklum, Nisa juga seorang
mas’ul di kontrakan.
“Ya, insyaAlloh dek, mbak akan segera pulang. Nanti kalo mba telat,
dihandle dulu ya..tapi mbak usahakan on time. Okey? Mba berangkat dulu
ya, mau mentoring sekalian syuro SKI. Assalamu’alaykum…”
‘Wa’alaykumsalam warahmatullah…hati-hati ya mbak…”
Hmm.. Dua cermin di atas mungkin pernah kita temui, atau bahkan
cerminan diri kita sendiri. Cermin pertama mengajak kita untuk melihat
sosok akhwat yang berpenampilan serba akhwat, dipanggil akhwat, tapi
‘kurang’ mencerminkan sikap dan karakter seorang akhowat (ngerti kan
sosok ‘akhwat’ yang ane maksud di sini?). Nah kalo di cermin kedua, kita
diajak berkaca pada akhwat yang aktivis. Ada wujud amaly (kerja nyata)
di sana. Bagaimana seorang akhwat dapat mengatur waktunya, tawazun pada
semua amanahnya, bersegera menyambut seruanNya, dan yang terpenting,
bisa menjaga keistiqomahan dan keikhlasannya. Dua-duanya sama-sama
akhwat, tapi berbeda tipe. (Ah, pembaca pasti lebih paham dan sudah
cukup pandai menilai sendiri).
Ukhti, kita harus siap menjadi akhwat “panggilan”, istilah panggilan di
sini tentunya bukan sembarang panggilan, tapi panggilan Alloh SWT,
panggilan da’wah, panggilan jihad, dan semua panggilan menuju pintu
kebaikan. Di balik jilbab lebar dan baju longgar, seorang akhwat punya
tugas besar! Ada amanah Alloh ‘Azza wa Jalla yang juga wajib kita (kaum
hawa) emban. Ya, dakwah! Buktikan kalo kita benar-benar seorang akhwat!
Akhwat yang benar-benar akhwat! Akhwat yang da’iyah! Akhwat juga milik
umat sekaligus pelayan bagi mereka.
Akhwat, jangan hanya cukup berlindung di balik jilbab lebarmu!
Jangan pernah puas dengan bersembunyi di belakang jubahmu!
Tunjukkan bahwa kau adalah akhwat sejati dambaan ummat! Sambut seruanNya
dengan semangat dan tekad kuat. Bukankah tujuanmu adalah Negeri
akhirat?!
Kau kah itu yang mendamba menjadi bidadari syurga? Maka
berlelah-lelahlah sekarang, bersakit-sakitlah saat ini, karena
kenikmatan yang abadi, insyaAlloh akan kita rasakan di jannahNya
nanti…amin!
So, gimana ukhti? Siap jadi akhwat panggilan? Atau, Anti hanya bangga dengan panggilan akhwat?
“Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya” (Al-Mu’minun: 61)
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertaqwa” (Al-‘Imran: 133)
Keep fighting, ukh! Allohu Akbarr!!!!
Sumber:
mdh2n penulis yang sebenarnya ridho tulisannya di posting di sini.
aaamiiin…!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar dari anda menambahkan hal positif bagi Zeki R.A.