Rara
Nama
Mutiara Muslimah bagi seorang Ibu adalah sebuah do’a untuk Rara. Harapan sang
Ibu sudah tergambar sejak orang-orang mengenalnya. Jadilah seperti kerang
mutiara yang selalu bersabar dan teguh dengan proses dia untuk menghasilkan mutiara.
Meskipun sakit yang dirasakan saat partikel-partikel laut yang tajam masuk di
antara sela tubuh lunak si kerang, tapi kerang ini tidak akan pernah mau
membuka cangkangnya. Karena jika dia buka cangkang itu maka dia takkan ada
bedanya dengan kerang-kerang yang lain, dimakan manusia, tidak berharga, dan
akhirnya bernilai rendah. Hingga nanti suatu saat tiba waktunya si kerang
mutiara akan mendapatkan hasil yang manis, yaitu partikel yang ternyata dia
biarkan menyusup di antara tubuhnya yang lunak itu berubah menjadi kumpulan
yang memadat berwarna terang dan indah. Itulah mutiara. Rara mengambil sebuah
kesimpulan, bahwa terkadang sikap berusaha menjelaskan tentang dirinya pada
orang lain takkan membuat segala sesuatu lebih baik.
(sambil baca dengarkan saja soundtrack I’m a Queen – JADE untuk analogi kerang mutiaranya: www.4shared.com/get/tM3B70aD/Im_a_Queen_Hijab_-_Jade.html )
“Tak perlu menjelaskan tentang dirimu pada siapapun. Karena yang menyukaimu tidak membutuhkannya, dan yang membencimu tidak akan mempercayainya.” Ali bin Abi Thalib
Zeki R.A.
"Kau berusaha mengejar keinginanmu, ya? Sepertinya kau sudah berjuang keras, dan kehilangan arah tujuan."- Kou, Ao Haru Ride
Kata-kata
di atas tepat pada sasaran yang sedang saya alami. Siapapun yang sadar kalau
hidupnya tidak sebentar pasti akan memimpikan hidup yang sukses, berkarya untuk
islam, dan percaya bahwa Allah itu Maha Besar. In syaa Allah saya berada pada
titik itu. Saya tidak mau selamanya menjadi orang yang terus bergantung, tidak
mandiri, dan bersikap sebagai orang yang tidak bijak untuk paham. Beberapa
postingan saya belakangan memang membangunkan saya dari hibernasi yang sangat
panjang. Setelah sekian lama berhenti menulis, saya memutuskan untuk menulis
lagi dan meninggalkan kesedihan-kesedihan karena terlalu banyak ikan yang terlewatkan
untuk ditangkap. Apa saja akan saya coba bagi dengan tulus kepada pembaca lewat
tulisan saya.
“Bila kau bukan anak raja dan juga bukan anak ulama
besar maka menulislah!” - Imam Ghazali
Saya bukan orang kaya raya,
bukan juga selebriti yang memiliki fisik mempesona, apalagi anak ulama yang
masyur di Indonesia. Saya hanya perempuan muslim yang berusaha untuk bisa
meninggalkan warisan yang akan memanjangkan umur saya. Karena suatu saat saya
pasti akan mati. Meskipun dengan hanya sedikit ilmu ini, saya berusaha untuk
mengemasnya agar bisa bermanfaat untuk orang lain.
****
Saya akan ceritakan
hal yang bisa dibagikan setelah saya ikut bedah buku THE MODEL karya Ustadz
Nopriadi Hermani, Ph.D. yang isinya terkait ilmu untuk menjadi orang sukses
mencapai impian. Kita mengetahui bahwa sekarang ini adalah zaman ilmu. Semua
negara memiliki teknologi yang terbarukan, modern minimalis, dan canggih. Tapi ilmu
yang ada itu senantiasa mencapai kegagalan. Pertanyaannya, kenapa dianggap
gagal? Sekarang kita simak dulu penjelasan selanjutnya.
Hanya satu
tokoh yang sukses sendirian tapi dibarengi dengan suksesnya banyak orang dalam
sebuah peradaban. Tokoh itu adalah Nabi Muhammad SAW. Setiap tokoh biasanya
punya karya, yaitu buku. Tokoh memiliki kata-kata yang mereka konsepkan
sedemikian rupa, sehingga terlahirlah sebuah buku. Sedangkan Rasulullah,
membawa Al qur’an sebagai sebuah konsep yang akhirnya dibukukan, akan tetapi
beliau tidak mengakui kalau buku itu karyanya. Tapi Al qur’an diakui Nabi
Muhammad SAW sebagai firman yang diturunkan oleh Allah untuk hambaNya agar
semua manusia menggunakan agama yang diridhoi olehNya. Lewat Al qur’an, Allah
ingin sampaikan bahwa Allah lah yang satu-satunya pantas untuk disembah,
fungsinya sebagai wujud bukti bahwa adanya sang Pencipta, dan mengarahkan kita
untuk berpikir secara mendalam bahkan mustanir kalau Allah itu Wajibul Wujud (Jelas ada).
Oleh karena itu, bagaimana dengan orang-orang atheis? Bisa kita simpulkan bahwa
orang-orang atheis itu dogmatis (tidak mikir). Pernah suatu ketika di masa kuliah di Jepang Ustadz Norpriadi bertanya dalam suatu kesempatan pada orang atheis, “Bagaimana
kamu membuktikan sang Pencipta itu tidak ada sedangkan banyak sekali ciptaan di
dunia?”. Mereka hanya menjawab, “Itu pertanyaan yang susah.” Nah, itu hanya
sebatas penjelasan sederhana tentang konsep kenapa kita harus beriman kepada Al
qur’an yang dibawa oleh Rasul.
Segala
sesuatu
itu diciptakan dua kali, yaitu dalam pikiran dan dalam realisasi. Oleh
karena
itu, segala hal yang penting dan berharga itu biasanya didesain dengan
serius terlebih dahulu--lalu pada akhirnya terwujud. Nah, bagaimana
dengan desain hidup kita? Pada bedah buku THE MODEL ini
dijelaskan bahwa desain kehidupan seorang muslim itu adalah berujuk pada
al qur’an
dan as sunnah. Tiada desain lain yang bisa membuat kemashlahatan selain
ini. Maka
sebelum kita ingin mewujudkan impian kita di masa depan, desainlah
dahulu
mimpi-mimpi kita sesuai dengan tauladan kita, yaitu Rasul. Setelah kita
buat
desain itu, kita lakukan sesuai dengan pedoman yang sudah Allah
sampaikan untuk
ummat manusia di bumi. THE MODEL untuk kita adalah utusannya, yaitu
Rasulullah.
Di zaman
sekarang memang banyak manusia yang cerdas tapi tidak bisa selamatkan
peradaban. Ilmu-ilmu yang digunakan hanya sebatas ilmu agar sejahtera secara
materi. Padahal zaman tidak menuntut untuk
ciptakan orang-orang kaya, tapi zaman menuntut kontribusi dalam perubahan. Contoh
sederhananya adalah orang jepang, mereka itu hanya ahli di satu bidang pada
tiap-tiap orangnya. Hal ini diukur secara fisik dan material. Memang benar jika
semua profesi itu harus punya jam terbang. Tahapannya antara lain: (1) tahu, (2)
bisa, (3) profesional, baru (4) jam terbang tinggi. Namun, untuk mendapatkan
jam terbang tinggi itu tidaklah dengan waktu yang singkat. Orang jepang
menghabiskan waktunya untuk fokus menguasai satu hal agar memiliki jam terbang
yang tinggi. Kesuksesan negara mereka memang besar, tapi itu tidak menggambarkan
kesejahteraan, karena tidak bisa membuat sebuah peradaban.
Faktanya, dunia ini para intelektualnya mengalami keadaan
berupa intelektual trap, yaitu
keterjebakan intelektual yang sumber utama intelektual itu adalah ilmu dari barat.
Pernahkah kita pikirkan, kenapa islam yang dipelajari secara keilmuan di
sekolah-sekolah keagamaan malah sulit untuk diambil, sedangkan itu adalah hal
yang sangat gampang dipahami? Jawabannya karena sumbernya sendiri saja dari
barat. Jadi jangan heran jika ada pelajar/mahasiswa Indonesia yang dapat
beasiswa kuliah di luar negeri malah error otaknya, apalagi jika dikaitkan
dengan hukum Allah. Kasus paling terbaru, mahasiswa bidang hukum menuntut
larangan nikah beda agama dicabut. Ini sudah jadi salah satu tanda kegagalan
ilmu. Nah, di bawah ini adalah grafik perbandingan peradaban islam dan peradaban
yang ditempati kaum muslim yang ada sekarang:
Ilmunya
yang
didapat saja dari yang menjebak ke kaum muslim ke posisi direndahkan,
yaitu kaum barat (kapitalisme dan sosialisme), maka takkan pernah sampai
kesejahteraan dan kebangkitan itu dari kaum muslim. Percuma saja karena
terus-terusan bergantung pada pihak yang dari awal membuat rendah,
bukannya pada hukum Allah.
Sedangkan
sukses dalam islam itu adalah menjalankan tugas-tugas (peran) di dunia dengan
benar sesuai jalurnya (benar). Tauladan
kita adalah Rasulullah, yang sukses menjadi pemimpin (khalifah), ayah, suami,
imam, guru, dan utusanNya. Sungguh tidak sebanding dengan peradaban lain dimana
Islam menyapu dunia dengan peradaban yang luarbiasa hebat kala itu karena
setiap muslim paham perannya sebagai pengemban da’wah. Inilah yang menjadi
masalah kenapa umat muslim masih belum bisa sejahtera dan bangkit dari
keterpurukan. Kerendahan ini tidak akan berubah kalau
manusia tidak menggunakan peran hidupnya sebagai muslim dengan pedoman sesuai Al qur’an dan as sunnah. Karena
kita tahu bahwa jika hukum tidak dijadikan sebagai rujukan desain hidup seseorang
atau peradaban maka Allah berikan penghidupan sempit.
Ketika
saya menyimak dengan fokus bedah buku THE MODEL kala itu. Ada seorang lelaki yang
sudah berumur memakai kemeja garis-garis warna biru ungu, celana panjang warna
hijau lumut, sepatu cokelat, berkacamata, dan rambutnya putih karena umur yang
memang sudah tak muda.
Beliau hadir di situ atas undangan Ustadz Wahyudi untuk
membanding buku THE MODEL apa saja kekurangannya. Beliau bernama Abdurrahman
Malik. Bapak ini maju ke depan dan mulai berbicara kepada kesemua peserta. Beliau
berkata bahwa buku THE MODEL ini tidak ada yang bisa dikritik, karena THE MODEL
yang dipaparkan oleh penulis adalah perwujudan dari kesuksesan sang Rasul
kepada sukses yang tidak sendirian, tapi sukses untuk sebuah peradaban yang
1300 tahun lamanya. Inilah yang menjelaskan kenapa ilmu yang ada di zaman ini
hanyalah ilmu gagal, karena di antara semua ilmu yang ada tidak ada yang mampu
membuat sebuah peradaban yang sejahterakan manusia di 2/3 bumi selama 1300
tahun.
Dari semua yang beliau sampaikan, ada kata-kata beliau
yang sangat membuat saya terpaku dan hampir meneteskan air mata. “Please increase your thinking and reading.
Itu yang perlu disiapkan untuk membuat desain terbaik pada masa depan kita. Apakah
kalian yang berada di sini menyimak bedah buku ini ada yang bermimpi ingin
masuk surga? “ kami menjawab ada. “Surga macam apa?” saya menjawab surga
firdaus, disertai teman-teman yang lain. Beliau lalu menambahkan, “Bayangkan
ketika ada sejarahnya seorang wanita pelacur yang menolong seekor anjing
kehausan saja diberi Allah surga. Bagaimana jadinya jika kita semua juga
berusaha memantaskan diri untuk selamatkan peradaban sistem kufur dengan adanya
1,2 miliyar orang kelaparan? It’s not too
late kan? Not too late.” Beliau
katakan kata it’s not too late itu
berkali-kali dengan fakta umur beliau yang sudah tidak muda lagi.
Melalui
tulisan inilah saya ingin mengingatkan diri saya sendiri dan orang lain agar
selalu memantaskan diri untuk menjadi salah satu penghuni surganNya. Lewat menyampaikan
pada ummat kalau mereka diseru dengan ahsan agar berbondong-bondong menggunakan
hukum Allah sebagai aturan kehidupan dan menjadikan Rasulullah saja sebagai
rujukan desain terbaik kesuksesan itu. Sangat wajar kita bersemangat berjuang ketika kita masih muda seperti ini, karena memang Islam menuntut para pemudanya menjadi mercusuar perubahan. Di akhirat nanti pasti ditanya waktu muda kita akan habis untuk apa. Sedangkan contoh baik di atas, dengan usia yang sudah tidak muda, itu sangat luarbiasa, karena dengan upaya terbaik berjuang diwaktu senja, masya Allah. Ketika ingin mewujudkan segala impian
sukses, maka jadilah sukses sesuai dengan definisi islam, yaitu melakukan
segala tugas di dunia sebagai hambaNya sesuai dengan aturanNya. Sikap seperti
inilah yang bisa membawa kita menuju kembalinya peradaban islam kaffah di muka
bumi.
Wallahu’alam bishshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar dari anda menambahkan hal positif bagi Zeki R.A.