Tersesat di Jalan yang Benar
(By
Zeki R.A. Riski Agustin PSKG 2011)
Rara
Di
sudut gedung informatika aku santai – santai dengan headset sambil komat – kamit sendirian. Kadang – kadang aku
dikejutkan oleh beberapa kejadian di depanku yang sekarang terjadi—ada kucing
yang mencakar satu sama lain di dekat kursi tempatku duduk. Well, lebih baik aku pergi saja mencari
tempat yang lebih aman karena sesaat aku baru sadar kalau dua ekor kucing tadi
betina dan jantan yang artinya…
Kakiku
melangkah melewati semen jalur jalan menuju tempat yang tenang. Dari kejauhan
Anggi menatap sambil berjalan ke arahku.
“Ra,
ke mana saja kau? Gabung yuks!”
“Ogah,
mau belajar nih.”
“Buset,
rajin amat.”
“Hehe.”
Berlalu Rara di antara teman-temannya dan mulai belajar lagi
kisi – kisi soal SNMPTN. Rara memiliki cita-cita menjadi dokter dan lewat jalur
masuk PTN inilah dia akan meraih impiannya.
***
Pengumuman
Ujian Nasional sudah keluar. “Mutiara Muslimah, dinyatakan tidak lulus/lulus
Ujian Nasional.” Itulah tulisan yang diterima Orangtua Rara kemarin, mereka
sangat senang dan bersyukur puterinya berhasil menyelesaikan pendidikan SMA.
Hari ini adalah hari yang berbeda karena hari ini merupakan pengumuman
kelulusan PTN. Rara buru-buru mencari info di internet tentang kelulusannya,
merasa berdebar-debar sekaligus penasaran dan takut mengenai kelulusannya. Rara
membuka situs pengumuman masuk PTN dan ternyata…
“Ibu…”
Rara berseru sambil berlari ke arah dapur. “Rara gagal masuk kedokteran, Bu.”
Ternyata Rara mulai menangis.
“Tak
apa nak, mungkin jurusan yang Rara pilih itu belum tentu yang terbaik untuk
Rara.” Sang ibu menghibur Rara. “Bagaimana dengan pilihan kedua yang Rara
pilih? Apakah tidak masuk?”
“Masuk
Bu, tapi Rara tidak menyukainya. Rara maunya jadi dokter Bu.” Rara tetap
menangis dan merasa kecewa. Namun apa boleh buat, ini artinya Rara akan belajar
di pilihan keduanya dalam tes PTN tersebut yaitu Kesehatan Masyarakat. Tidak
ada jalur lain yang bisa Rara tempuh untuk mengambil kesempatan masuk
kedokteran karena hanya jalur inilah yang dikira ‘mampu’ bagi kedua orangtua
Rara memasukkan anaknya ke bangkuu kuliah.
Zeki R.A.
Ada banyak faktor yang menyebabkan kau
merasa kurang percaya diri dengan Prodi yang kau tempati—atau merasa
biasa-biasa saja dibanding Prodi lain—atau malah merasa ‘lebih’ dari Prodi lain
dan menjadi sombong karenanya. Untuk
saat ini, mari kita bahas jika keadaannya sesuai dengan cerita fiksi Rara. Ingat!
Ini cuma fiksi dan fiksi itu adalah seni dalam menulis—jadi tak apa jika kita
mengambil pelajaran bermanfaat darinya khaan :P.
Saat
kau menginginkan sesuatu, ini biasa di sebut dengan impian. Tapi nasibmu
berkata lain. Apalah arti sebuah takdir bagimu. Kau menangis dan meratapi
kegagalan perjuanganmu dengan bersedih. Apapun akan kau usahakan—dari belajar,
berdo’a, solat sunnah, minta restu dan dukungan orangtua pula. Lalu bagaimana
jika keadaannya lain? Misalnya kau menginginkan masuk Fakultas Kedokteran Prodi
Pendidikan Dokter pada jalur SNMPTN dan Prodi Kesehatan Masyakat di pilihan
kedua dan ternyata lulus di pilihan kedua. Saat itulah kau merasa sangat sedih
dan seakan–akan Tuhan tak adil padamu karena sesunggunya kau ingin sekali
menjadi dokter. Dengan bergitu kau menerima saja kuliah di jurusan tersebut
walau perasaanmu jauh dari rasa senang hati dan tidak begitu ‘sehati’ pada
Prodi yang kau tempati sekarang—atau bahkan kau merasa kurang percara diri
bahkan tidak suka terhadap tempatmu sekarang.
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal
berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu,
padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (Al
Baqarah 216).”
Apa yang kau inginkan belum tentu
adalah yang terbaik bagimu. Begitu juga hal yang kau ogah menjalaninya belum
tentu buruk untukmu. Sedih, gagal, kecewa adalah bagian dari hidup tapi tak
selamanya begitu.
Well, bingkai ulanglah situasimu di
Prodi yang kau tempati sekarang—akan selalu ada situasi yang lebih buruk yang
bisa kau pikirkan namun dengan membingkai ulangnya ini akan membuatmu segera
merasa lebih baik. Analisa mengapa kau gagal dan bagaimana kau dapat mengambil
pelajaran ke depan untuk membawa dirimu selangkah lebih dekat dengan tujuanmu,
contohnya kau kuliah dimanapun tidak masalah kau hanya perlu membuat orangtuamu
bangga dan bahagia—jangan fokus pada ‘gagal’—fokus saja pada apa yang akan kau
ubah. Sukses dinilai tidak pada seberapa cepat kau berhasil tapi seberapa cepat
kau pulih, maka bangunlah dan terus berjalan.
Rara
Parkiran
kampus sudah mulai padat dengan motor – motor mahasiswa mahasiswi FK. Termasuk
motor dosen juga. Motor analis juga. Motor admin. Motor petugas gedung. Semua –
muanya pokoknya. Para maba (baca: mahasiswa baru) sudah mulai sibuk dengan
acara P2B mereka. Rara satu kelompok dengan kelima Prodi yang ada di FK ini. Seminar
gedung depan sudah hampir dimulai—para panitia menyuruh maba masuk ke Aula
utama untuk menerima materi dari Dekan. Di kelompoknya, Rara duduk – duduk
santai mendengar cerita Prodi lain yang sedang menceritakan mata kuliah mereka.
“Kalau
di Prodi mu, ada tidak mata kuliah *tiit* (sensor)? Eh, siapa namamu? Aku Yopi
dari Prodi *tiit* (sensor).” Ternyata mereka menyadari kalau Rara sedang
mendengarkan pembicaraan mereka.
“Aku
Rara. Dari Prodi KesMas. Emm, tidak ada.” Jawab Rara.
“Oh,
kalau kami ada. Kan seorang dokt*r itu harus memahami struktur tub…”
Rara
memalingkan wajahnya dan pura – pura teringat sesuatu yang penting terhadap
teman satu Prodi di sebelahnya. Sehingga pembicaraan dari ‘anak’ Prodi lain
tadi ‘secara tidak langsung’ tidak diacuhkannya.
“Arin, kemarin admin ada titip pesan
ke Koti kita tentang…
***
Cerita
kita skip dulu. Seminarpun berakhir
dan Rara kembali ke barisan teman – teman satu Prodinya. Hal yang paling Rara
ingat saat pengarahan dari seminar tadi adalah ucapan Dekan yaitu…
“Kalian
adalah satu Fakultas, satu keluarga—sama tujuan, sama pengabdian, yaitu kepada
masyarakat. Tidak ada yang dilebihkan maupun dikurangkan—karena kalian anak –
anak kebanggaan yang tiap – tiapnya bergerak di bidang masing – masing dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat kita. Maka kita menjadi teman sejawat yang
saling menghormati di bidang masing – masing. Jadilah mahasiswa yang terus
membanggakan Fakultas dan yang paling utama—membanggakan kedua orangtua.”
Rara
setuju dengan kalimat beliau—walau Rara juga sedikit terganggu dengan sikap
anak Prodi lain tadi yang kesannya ‘koyo’ atau ‘pamer’ terhadap Prodinya
sendiri—ditambah rasa sedih Rara yang merasa payah tersesat di Prodi yang
ditempati sekarang. Rara mulai sadar dan mengerti bahwa Prodi inilah yang
terbaik baginya—yang penting bisa membuat orangtua bahagia dan tetap melakukan
amal kebaikan terhadap masyarakat di bidang kesehatan. Rara berjalan sendirian
di antara orang – orang yang bubar.
“Sukses
adalah kemampuan untuk melangkah dari kegagalan ke kegagalan tanpa kehilangan
antusiasme Anda (Winston
Churchill).”
“Ra,
kau kelompok berapa P2B? Di kelompokku ada lho
anak Prodi lain yang terus – terusan bicara seputar Prodinya—iya kalau gantengnya
keterlaluan—ini sombongnya keterlaluan, ‘koyo’
mampus Ra. Ogah banget deh diajak
bicara.” Teman Rara menepuk dari belakang.
“Oh.
Iya San. Biarkan sajalah.” Namanya Santi, orangnya mudah akrab dan suka
bercerita—juga gaul.
“Makanya
Ra, huh.” Santi masih cemberut.
“Sudah,
ingatkan apa kata Dekan tadi?”
“Betul
juga…”
Zeki R.A.
Well,
jika kau sudah berada di Prodimu yang tercinta—bersama orang baru, teman baru,
lingkungan baru—pastilah membutuhkan sebuah adaptasi dan pembiasaan. Dari
cerita Rara tadi kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran yang mungkin bisa
bermanfaat sebagai tips agar kau bisa merasa it’s great berada di Prodi yang kau tempati sekarang.
-Bersyukur-
Bersyukurlah
kau berada di Fakultas Kedokteran UNLAM tercinta ini. Masih banyak orang yang
menginginkan kuliah di sini tapi tidak bisa. Atau bahkan masih banyak yang ingin
kuliah tapi tak bisa kuliah—bahkan lebih baik lagi jika kau seperti Rara yang
awalnya merasa tersesat di Prodi yang tidak sehati dengannya namun lebih baik
ketimbang menjadi orang yang cendrung memamerkan Prodinya (hehe, intinya kita
berlomba – lomba dalam kebaikan), hanya begitu saja sudah sombong, bisa – bisa
pasienmu antipati. Jangan yaa :)
-Ingat niatmu apa?-
Sama
seperti Rara tadi, kuliah semata – mata karena Allah dan ikhlas menuntut ilmu
karena-Nya—hanya ingin mengabdi kepada masyarakat dalam bidang kesehatan dan
semata – mata ingin membanggakan orangtua. Di manapun kau kuliah—di Prodi
manapun, itu adalah titipan Allah untukmu, sebagai wasilah dalam melakukan kebaikan.
-Bangga lah!-
Bangga
bukan berarti sombong. Silakan lihat di KBBI, beda kan artinya? Nah, jadi
bangga saja dengan Prodimu. Kita hanya perlu percaya diri dengan ilmu yang
didapat dari Prodi kita untuk kesejahteraan ummat, lewat bidang kita masing –
masing.
-Bukan jaminan-
Masuk
di Prodi ini, Prodi itu, Prodi anu, bukan jaminan kau masuk surga—siapa sih
yang tidak mau masuk surga? Nah, masuk surga aja belum tentu apalagi
kesuksesan, kekayaan dan kebahagiaan.
-Ayo jalani dan kembangkan
sayapmu!-
Jalani kehidupanmu di Prodi ini, ikutilah dan nikmatilah arus kegiatannya—bersenang – senanglah, Jalani perkuliahannya dengan semangat dan iman. Tapi jangan juga terlalu santai atau malah kelewat rajin belajar demi dapat IP 4 sehingga melupakan organisasi. Organisasi juga penting.
Sampai
sini kita bisa menyimpulkan bahwa mungkin saja jalan yang Rara hadapi bukanlah
jalan yang sedikitpun pernah ia bayangkan—bahkan tidak diinginkan, Rara merasa
tersesat—tapi mungkin saja jalan tersebut
adalah jalan yang benar dan baik baginya yang Allah sediakan untuknya. Maka
berbanggalah! Teruslah berada di jalan yang benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar dari anda menambahkan hal positif bagi Zeki R.A.