Sabtu, Juli 23, 2011

barty 1


Hai, introduce of course.
Namaku Riski Agustin Zeki, nama penaku Zeki R.A.. Aku sudah menulis beberapa, tapi akhirnya belum berhasil kuselesaikan. Sebelumnya memang aku belum pernah terhubung dengan dunia sastra. Aku payah dalam hal itu, dan dari 2x aku mengikuti ujian nasional saat aku SMP dan SMA selalu saja nilai bahasa indonesia yang terendah. Tapi ya disyukuri saja. Tujuanku menulis untuk memdapatkan kelegaan, dan inilah dia tulisanku.
(adaptasi novel The Bartimaeus Trilogy, kalo ga paham, silakan baca dulu novel ini ya :D peace)

Bartimaeus
Ketika aku perlahan membuka mata di atas pentacle, aku sempat berharap akan dipanggil oleh penyihir yang sangat hebat. Dari cara pemanggilan kali ini mantranya begitu teratur, dan mantra keterikatan yang diajukan sang penyihir begitu awal sebelum wujudku sempurna menandakan orang ini punya misi besar yang mungkin akan membahayakan nyawanya. Hal ini mencekik roh ku. Kali ini aku menampakkan diri dengan wujud Lady Gaga di plane kedua, lengkap dengan baju dagingnya of course. Dan…
“Kau!”
“Tidak, tunggu, aku tidak bermaksud…”
“Kau! Kau sudah berjanji tak akan memanggilku lagi heh! Dan apa ini, berapa sekarang umurmu, 13 tahun?” wujudku berubah menjadi Stallone dengan wajah geram.
“17 tahun. Tidak, aku hanya…”
“Masih terlihat sama seperti kemaren! Ogah! Aku menolak mendengar penjelasan.”
“Tidak, Bartimaeus, aku perintahkan kau untuk mendengarkan alasanku memanggilmu lagi.”
Dia lagi, Nathaniel, sudah tiga kali aku di perlakukan seperti ini. Aku terlalu berharap, tapi untuk apa berharap dengan seorang penyihir, mereka monoton. Di buku pertama dan ke dua dia tidak pernah terlihat berbeda. Wajahnya tetap segitu-gitu saja. Dan kali ini, 17 tahun? Mustahil dia awet muda. Hidupnya pasti telah dikuras dengan pekerjaan menumpuk di Kementrian. Well, kali ini aku tidak akan membubuhkan catatan kaki, penulis yang sekarang seorang wanita. Tidak masalah, aku seorang Jin dan tak ada Harokah dalam hal ini. Jujur aku sudah terlanjur akrab dengan penulis lama, John sangat mengerti keinginanku. Dia bahkan tidak marah jika ku sapa Jinny John Stroud.
“Apalagi sekarang?” bahuku mengendor, kalimat perintahnya begitu terikat dengan roh ku.
“Aku dalam masalah, dan aku sudah memanggil Jin lain sebelum kau! Oke? Aku ingin kau tau aku sudah cukup berusaha, tapi aku aku gagal. Jin ku kalah dan kupikir kau satu-satunya harapanku, Bartimaeus.”
“Lalu?” aku memasang wajah bosan, memunculkan kikir kuku dan melakukan perawatan kuku tangan di hadapannya, masih berwujud Stallone pastinya.
“Bisakah kau tidak berwujud pria seperti itu? Aku kurang pede. Okay, Perdana Menteri memiliki seorang anak dan orang itu selalu mencoba membuat reputasiku jelek. Aku ingin kau menyelidiki tentangnya, segala kelemahannya, sebelum hari Selasa depan, saat sore kau harus segera mendapatkan hasil. Ku perintahkan kau, Bartimaeus.”
Lagi-lagi dia sok memerintah, “Bukankah kita perlu reuni dulu? Dan hei, kau punya kumis tipis ya?”
“Ya ampun, ini hal serius, banyak pemberontakan akhir-akhir ini, dan para resistance sudah mulai berani mematai-matai Kementrian.”
Well, santai saja dong bung. Aku heran kenapa para usia teenager gampang sensitif.” Aku berubah menjadi gagak, lebih baik, ketimbang harus menjadi pampijit.
”Cepatlah pergi, wahai budak!” Nathaniel terlihat frustasi.
Okay, Master.”
Aku keluar dari rumahnya melewati pintu depan (Hei, bukannya aku berwujud gagak? Kan bisa langsung terbang aja lewat jendela.) yang tinggi. Rumah remaja ini besar juga. Kurasa menjadi pejabat di Kementrian membuatnya begitu kaya. Dan dia juga punya pembantu. Dua anak laki-laki gelandangan memakai baju compang camping membersihkan ruang tamu. Tapi aku tau mereka adalah imp di plane ke lima, ternyata pekerjaan keras di Kementrian dengan banyak tuntutan membuat Nathaniel kurang waras.
Saat lirikan kedua, dua anak gelandangan tadi bertambah jadi tiga orang. Aku penasaran dan mendekati mereka.
“Halo.”
“Halo tuan.” Tiga anak itu menyapaku. Mereka terlihat ngeri, karena wujud gagakku hanya pada plane pertama, sisanya—kau tau kan gimana.
“Apakah kalian sedang berkembang biak?” aku mengusap sayapku.
What? I didn’t do that. Kami sedang bersih-bersih kau lihat sendiri khan.” Ucap salah satu dari mereka.
“Jangan sok inggris deh, tadi aku lihat kalian hanya berdua.” Aku sedikit menggertak.
“Oh, ampuni kami tuan Jin, aku Ipin, ini Upin, dan yang baru anda lihat ini Apin. Tadi Apin kami jadikan kemoceng, karena sudah bersih semua debunya, dia berubah lagi. Oh iya, Apin ini adalah foliot.
“Buset, kenapa aku tidak menyadarinya. Kusarankan kalian minta belikan kemoceng saja pada master kalian, dia ada di atas, baru saja memanggilku tadi, dan sekarang aku pergi dulu melaksanakan tugas—dan satu lagi, nama mastermu itu John Mandrake.”
“Kalau itu sih kami sudah tau, Mr. Mandrake orang yang baik sekali, mereka membiarkan kami bersekolah di sekolah RSBI.” Kata si Ipin lagi.
Aku tidak memperdulikan perkataan demon gelandangan ini dan langsung terbang menuju pusat Inggris. Tadinya sih aku ingin mengatakan “…dan satu lagi, nama mastermu itu Nathaniel.” Tapi aku tidak tega dan kelewat baik walaupun aku begitu kesal pada masterku. Dari sekian banyak Jin yang bisa dipanggil, dia terus-terusan memanggilku. Oh iya aku lupa bilang padamu ya, Nathaniel itu nama lahir masterku. Akan sangat berbahaya bagi seorang penyihir jika namanya diketahui oleh orang selain dirinya sendiri. Mantra apapun yang kau gunakan akan menjadi berbalik jika lawanmu mengetahui nama lahirmu. Apalagi jika Jin atau demon-demon yang kau perbudak mengetahui namamu, nama lahir pula. Kau takkan bisa menyiksa mereka, bahkan dengan Mantra Sampar sekalipun. Karena saat Jin mu menyebutkan nama mu saat dimanta, mantranya akan berbalik padamu. Aku adalah salah satu Jin yang beruntung, well, mungkin satu-satunya yang tahu nama masterku sendiri. Tapi dia begitu pintar, dia mengancamku dengan Mantra Pengikat sangat kuat dan itu membuatku tidak bisa menyebarkan nama lahirnya. Jika kulanggar maka roh ku lah taruhannya. Kejeniusanku dikalahkan seorang anak ingusan berusia 12 tahun di buku pertama. Dan kali ini dia lagi dia lagi. Aku …
Aku melewati sugai Thames dan berubah wujud menjadi Skandar Keynes. Yang pasti pakai kacamata hitam dan jaket. Aku tidak ingin mengambil risiko nantinya penggemar orang ini mengejarku dan mengacau misiku. Kuharap kau terbisa membaca ceritaku ini, entah kenapa penulis yang baru begitu terobsesi dengan wujudku yang berbentuk artis Hollywood. Kudengar cita-citanya ingin jadi dokter kulit. Dan yeah, ada seorang gadis, kira-kira berumur 16 tahun, berjalan bersama Perdana Menteri di pinggiran kota, tempat para pedagang barang antik dan magis. Kurasa orang inilah targetku…
(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar dari anda menambahkan hal positif bagi Zeki R.A.

Thanks for reading :)

Total Pageviews

ZEKI R.A.. Diberdayakan oleh Blogger.
 
Small Pencil