Bismillahirrahmaanirrahiim ^_^
Saat virus futur menyerang
Assalamu'alaykum.wr.wb...
Beberapa masa kalanya
kita futur dalam perjuangan da’wah ini. Ada yang memberikan solusi dengan cara
membaca shirah nabawiyah, ada juga dengan menonton film dokumenter tentang realita umat saat ini, yang bisa
membuat kita meneteskan air mata. Lalu, kenapa kita harus futur? Padahal umat
masih memerlukan kontribusi kita—dan lagipula da’wah kita masih belum apa-apa
jika dibandingkan da’wah Rasulullah. Futur dalam da’wah, maka carilah kawan
seperjuangan yang bisa menolongmu. Kamu memang patut bersyukur diberikan kawan
seperjuangan yang selalu mengiringi dan mendampingi ketika mengatasi
problematika umat ini. Lalu, bagaimana jika ada salah satu di antara
teman-teman kita ada yang futur dan lalai?
Mungkin awalnya rasa was-was terbesit dalam benak
kita. Menegur teman kita kadang ada sedikit rasa takut kalau dia tersinggung,
marah, dan lainnya. Akan tetapi namanya rasa “cinta” lebih besar daripada rasa
takut maka cobalah kamu tegur dia dengan ikhtiar dan tawakal. Biarkan dia
memilih menerima teguran kita atau tidak. Yang penting kita sudah menyampaikan
dengan rasa “cinta”.
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran." QS. Al-Ashr.
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar, merekalah orang-orang yang beruntung." QS. Ali Imran: 110.
Teman seperjuangan itu sangatlah penting. Bahkan
sangat berharga karena ada kalanya kita berkumpul dengan mereka dapat
men-charge ghiroh yang mulai turun. Betapa indahnya kita saling menjaga ghiroh
satu sama lain, saling menegur saat mulai futur satu sama lain, karena da’wah
pasti akan luarbiasa jika dilakukan secara berjama’ah.
Da’wah juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
jika misalnya kita berada di lingkungan yang cendrung sedikit orang-orang yang
mengabdikan diri sebagai aktivis da’wah maka kita harus waspada menjaga ghiroh.
Sebagai penda’wah akan sangat mungkin mewarnai tapi janganlah mau terwarnai dan
jika sampai terwarnai itu bisa-bisa membuat penda’wah futur. Saat ini terjadi,
tidak ada gunanya kita mengeluh karena itu tergantung bagaimana strategi da’wah
yang harus kamu gunakan untuk selanjutnya. Kamu bisa mengenal lingkungan yang kamu
da’wahi dan mulai upayakan orang-orang yang ada di sekitar tidak membuat kamu
terjerumus tapi malah kamulah yang menjerumuskan mereka pada indahnya islam.
Mengambil sisi positif kutipan Mario Teguh:
“Pribadi yang kuat tidak mengeluhkan lingkungan yang tidak mendukung,
karena ia sibuk bekerja untuk mengubah lingkungan.”
Well,
bisa jadi kamu futur
karena kamu sedang banyak masalah atau mungkin saja masalah kamu yang bikin
futur itu karena kamu sedang merasa sendirian memperjuangkan islam? Ngga ada
yang menegur dan mengingatkan lalu kamu berlarut-larut dalam futur iru,
naudzubillah. Tapi coba deh kita lihat lagi ke sekitar kita jika dibandingkan
dengan masalah umat di dunia ini, masalah yang kita hadapi mungkin belum
seberapa—masalah umat islam, yang katanya adalah umat yang terbaik—kok saudara
kita sesama muslim yang ada di negara lain masih banyak yang mengalami cobaan
baik lahir maupun bathin, trus kitanya yang di sini adem-adem aja... Yuk, kita
tengok dulu pengalaman saya waktu dulu-dulu pernah berhadir dalam pertemuan
dengan aktivis da’wah yang berasal dari Vietnam bertempat di syufah Mesjid
Kampus Baitul Hikmah UNLAM Kayu Tangi. Akhwat asal wilayah selatan Vietnam
M..... City ini (hahaa lupa) bernama Mohamed Lina. Begini cerita saya:
Ketika ukhti Lina masih kecil, dia mengira bahwa
shalat itu dilakukan hanya saat kita sudah tua, bukan saat sudah baligh
diwajibkan shalat. Ukhti Lina baru mengetahui hal ini semenjak dia kuliah di
Indonesia di Universitas Brawijaya—karena kesempatan dia mendapat beasiswa yang
diberikan oleh Negara Arab untuk Negara-negara minoritas muslim seluruh dunia,
termasuk Vietnam. Sebagai Muslim yang hanya turunan (dia muslim cuma karena
orangtuanya yang muslim, makanya dia muslim) dia baru mengenal betapa indahnya
islam itu sejak mengikuti Lembaga Da’wah Kampus yang ada di Kampusnya—bahkan
untuk hukum shalatpun dia baru tahu saat berada di sini. Sebagai info saja ya,
salah satu visi Negara Arab yang memberikan beasiswa kepada pemuda muslim
negara minoritas ini adalah untuk memajukan islam saat sudah kembali ke negaranya
lagi jika lulus nanti.
Asal kamu tahu saja, di Vietnam itu penduduknya
kira-kira cuma +/- 69 juta orang, lalu orang yang menganut agama islam tidak
lebih dari 1% jumlah penduduk di sana—sudah bisa kebayang khan betapa banyaknya
muslim di sana *eh?* trus trus? Pendidikan di Vietnam itu sama kok dengan yang
ada di Indonesia, yaitu 12 tahun hanya saja dari kelas 1 sampai kelas 12 tidak
ada yang namanya pendidikan agama baik untuk agama manapun di dalam kurikulum
pendidikan Vietnam. Nah, kira-kira tau ngga alasannya kenapa? Udah jelas banget kamu pasti bisa tebak, yep,
karena negara Vietnam itu adalah negara Komunis—di sana hanya ada 1 Partai
yaitu Partai Komunis Vietnam yang sebagai partai tunggal di sana. Well, jangan ditanya bagaimana kebijakan
pemerintah di sana—kalau kita naik haji, sepulang kita naik haji kita pasti
ditanya pejabat setempat apa saja yang kita lakukan selama naik haji,
diinterogasi habis habisan :D yang intinya, mereka sangat membatasi hal-hal
keagamaan.
Komunisme di Vietnam yang hanya ada istilah
menyembah dan mengagung-agungkan presiden pertama mereka Ho Chi Minh (penuhanan
pada suatu tokoh) tidak ada yang percaya dengan Tuhan. Meskipun begitu, mereka
tetap kapitalis secara ekonomi semenjak adanya reformasi dan akhirnya
diizinkannya investor luar (swasta).
Ukhti Lina berucap “Pada dasarnya kuliah di
Indonesia karena beasiswa dengan salah satu peraturan selama kuliah di sini
adalah tidak boleh ikut dengan kegiatan politik—tapi melihat keadaan kaum
muslim Palestina dan negara-negara lain yang terpuruk. Siapa lagi yang
membangkitkan muslim Vietnam kalau bukan saya?”
“Saat saya baru sampai di kampung halaman saya, saya dibilang teroris
padahal baru beberapa tahun di Indonesia.” Ukhti Lina bercerita. “Saya sejak
kecil tidak pernah mendengar Adzan. Bahkan tahu kalau ada yang namanya Adzan itu
sejak berada di Indonesia saja.” Tambahnya lagi.
Nah, udah sedikit ada gambaran khan bagaimana
keadaan kaum muslimin di negara Vietnam sana. Kita juga harus tahu salah satu
budaya Vietnam yaitu budaya minum khamar. Meski muslim Vietnam tahu itu haram
tapi yang namanya budaya ya mereka lanjut aja. Lalu untuk makanan halal, muslim
Vietnam antisipasi dengan menyembelih sendiri lalu menjualnya ke sesama muslim.
“Untuk mendapatkan makanan halal, itu kami sangat susah sekali—makanya
kebanyakan muslim yang berada di selatan Vietnam yang pekerjaannya petani bergadang
hasil ternak ayam milik mereka sendiri kepada sesama muslim.” Ucap Ukhti Lina.
Saat mendengar yang ini kami semua tertawa, lalu ada MC yang mengoreksi ucapan
beliau “Berdagang ukhti.” “Wah, haha, berdagang maksud saya, maaf.” Dia tersipu
malu dengan ucapan Indonesianya yang salah tersebut. “Yah, intinya saya bahagia
dipertemukan Allah dengan ukhti di MHTI.” Tambahnya dengan tersenyum.
By
the way, jangan pikir setelah
Ukhti Lina bergabung dengan partai politik MHTI bukan berarti kalau ujian medan da’wah dia begitu mudah, belum
lagi dengan peraturan beasiswa kuliah dia yang tidak memperbolehkan terlibat
dalam politik. “Saya tidak perlu patuh dengan peraturan ini.” Ucap Ukhti Lina
dengan tertawa. “Masih banyak aturan lain yang lebih layak untuk saya taati. Saat
saya datang dan orangtua saya tahu keadaan saya yang seperti ini, mereka malah
tidak mempermasalahkan bahkan malah membela saya dari gosip ibu-ibu depan rumah.
Meski sebenarnya saat pertamakali tahu, orangtua saya tidak menampakkan wajah
yang gembira.”
Nah ikhwah, Ini adalah inspirasi bagi
kita—beranikah kita sebagai pelopor memperjuangkan islam di kampung halaman
kita kelak? Meski dalam keadaan minoritas, meski tidak ada teman yang memberi semangat
saat kita sedang futur, saat kita hanya sendiri—diri kita sendirilah
satu-satunya yang bisa membuat kita bangkit ketika kita dalam tingkat futur
ini. Rumit? Memang rumit—dan sangat menyakitkan. Kita layaknya kerang mutiara.
Dalam sebuah kerang mutiara, terdapat inti kerang yang tertutup oleh cangkang. Setiap
saat pasir dan kotoran masuk ke dalam cangkang dan membuat inti mutiara
kesakitan karena serpihan, kotoran dan pasir itulah rasanya cangkang ingin
sekali membuka dirinya supaya bisa mengeluarkan serpihan dan pasir itu bisa
disingkirkan. Tapi apa? Ketika kerang mutiara ingat tujuan awalnya adalah agar
menjadi kerang mutiara yang menghasilkan mutiara. Berhari-hari, berbulan-bulan
bahkan bisa jadi mungkin saja bertahun-tahun kerang mutiara menahan rasa sakit
dan akhirnya ketika saat itu tiba—saat panen, serpihan dan pasir tersebut
berubah menjadi mutiara yang berharga—mereka menjadi kerang yang istimewa yang
menghasilkan mutiara yang harganya tidak sebanding dengan kerang-kerang yang
lain. Mereka istimewa—dan yang lain biasa.
Lalu, bagaimana untuk memanagement diri agar tetap istiqomah dan terhindar dari futur meski dalam keadaan sendiri tanpa ada yang menemani :D *eh?* meski dalam keadaan sendiri dan tidak ada lagi teman yang mungkin menyelamatkan kita dari futur yang menyerang. Tips dari ukhti Lina:
- Yakin syari’ah khilafah satu-satunya sistem yang layak, pantas.
- Manfaatkan waktu yang ada untuk menyampaikan ide-ide islam pada siapapun kapanpun. Jangan disimpan sendiri.
- Memperbanyak tsaqofah, memperbanyak belajar bahasa arab.
- Semangat saja tidak cukup karena bisa futur, tapi kesadaran penuh bahwa syari’ah harus tetap diperjuangkan.
- Dari Ibnu Umar ra “Jadilah kau di dunia ini layaknya orang asing atau orang sekedar lewat.” HR Bukhari.
- “Dan tidak akan Ku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku” (Adz-dzariyat:56)
Well, dengan begini kita sudah ngerti khan
kalau yang namanya pengemban da’wah itu adalah penjaganya umat, penjaga umat
itu adalah pertahanan terdepan dari umat—trus? Masa penjaga umat perlu penjaga
juga, ya sudah pasti penjaga umat bisa dan harus mampu menjaga diri sendiri
agar terus menjadi teladan orang-orang di sekelilingnya—menjaga diri sendiri
dari virus futur yang sangat berbahaya. Yep, itu tadi cerita saya yah—biar saya
memberikan semangat kepada diri sendiri, sekalian juga memberi semangat kepada
teman-teman saya yang lain termasuk kamu. Bawalah keluh kesah penyebab kamu
menjadi futur itu dalam tangis di atas sajadah. Perbanyaklah mengingat
perjuangan rasulullah yang luarbiasa. Kamu haruslah ingat lagi niat awal dari
da’wah yang kamu lakukan, ingat tujuan da’wah ini dan ingatlah Allah—bahwa
pertolongan Allah sangatlah dekat.
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." QS. Ali Imran: 110.
Kam eng, ukhtifillah :) *terima kasih, ukhtifillah (bahasa Vietnam)*
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." QS. Ali Imran: 110.
Kam eng, ukhtifillah :) *terima kasih, ukhtifillah (bahasa Vietnam)*
Wassalamu'alaykum.wr.wb...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar dari anda menambahkan hal positif bagi Zeki R.A.