Minggu, Februari 03, 2013

Stairs: Saat Virus Futur Menyerang

Bismillahirrahmaanirrahiim ^_^




Saat virus futur menyerang

Assalamu'alaykum.wr.wb...

                Beberapa masa kalanya kita futur dalam perjuangan da’wah ini. Ada yang memberikan solusi dengan cara membaca shirah nabawiyah, ada juga dengan menonton film dokumenter  tentang realita umat saat ini, yang bisa membuat kita meneteskan air mata. Lalu, kenapa kita harus futur? Padahal umat masih memerlukan kontribusi kita—dan lagipula da’wah kita masih belum apa-apa jika dibandingkan da’wah Rasulullah. Futur dalam da’wah, maka carilah kawan seperjuangan yang bisa menolongmu. Kamu memang patut bersyukur diberikan kawan seperjuangan yang selalu mengiringi dan mendampingi ketika mengatasi problematika umat ini. Lalu, bagaimana jika ada salah satu di antara teman-teman kita ada yang futur dan lalai?
Mungkin awalnya rasa was-was terbesit dalam benak kita. Menegur teman kita kadang ada sedikit rasa takut kalau dia tersinggung, marah, dan lainnya. Akan tetapi namanya rasa “cinta” lebih besar daripada rasa takut maka cobalah kamu tegur dia dengan ikhtiar dan tawakal. Biarkan dia memilih menerima teguran kita atau tidak. Yang penting kita sudah menyampaikan dengan rasa “cinta”.

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugiankecuali orang-orang yang  beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat  menasihati supaya menaati  kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran." QS. Al-Ashr.
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung." QS. Ali Imran: 110.  

Teman seperjuangan itu sangatlah penting. Bahkan sangat berharga karena ada kalanya kita berkumpul dengan mereka dapat men-charge ghiroh yang mulai turun. Betapa indahnya kita saling menjaga ghiroh satu sama lain, saling menegur saat mulai futur satu sama lain, karena da’wah pasti akan luarbiasa jika dilakukan secara berjama’ah.
Da’wah juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, jika misalnya kita berada di lingkungan yang cendrung sedikit orang-orang yang mengabdikan diri sebagai aktivis da’wah maka kita harus waspada menjaga ghiroh. Sebagai penda’wah akan sangat mungkin mewarnai tapi janganlah mau terwarnai dan jika sampai terwarnai itu bisa-bisa membuat penda’wah futur. Saat ini terjadi, tidak ada gunanya kita mengeluh karena itu tergantung bagaimana strategi da’wah yang harus kamu gunakan untuk selanjutnya. Kamu bisa mengenal lingkungan yang kamu da’wahi dan mulai upayakan orang-orang yang ada di sekitar tidak membuat kamu terjerumus tapi malah kamulah yang menjerumuskan mereka pada indahnya islam.
Mengambil sisi positif kutipan Mario Teguh:
“Pribadi yang kuat tidak mengeluhkan lingkungan yang tidak mendukung, karena ia sibuk bekerja untuk mengubah lingkungan.”      
Well, bisa jadi kamu futur karena kamu sedang banyak masalah atau mungkin saja masalah kamu yang bikin futur itu karena kamu sedang merasa sendirian memperjuangkan islam? Ngga ada yang menegur dan mengingatkan lalu kamu berlarut-larut dalam futur iru, naudzubillah. Tapi coba deh kita lihat lagi ke sekitar kita jika dibandingkan dengan masalah umat di dunia ini, masalah yang kita hadapi mungkin belum seberapa—masalah umat islam, yang katanya adalah umat yang terbaik—kok saudara kita sesama muslim yang ada di negara lain masih banyak yang mengalami cobaan baik lahir maupun bathin, trus kitanya yang di sini adem-adem aja... Yuk, kita tengok dulu pengalaman saya waktu dulu-dulu pernah berhadir dalam pertemuan dengan aktivis da’wah yang berasal dari Vietnam bertempat di syufah Mesjid Kampus Baitul Hikmah UNLAM Kayu Tangi. Akhwat asal wilayah selatan Vietnam M..... City ini (hahaa lupa) bernama Mohamed Lina. Begini cerita saya:
Ketika ukhti Lina masih kecil, dia mengira bahwa shalat itu dilakukan hanya saat kita sudah tua, bukan saat sudah baligh diwajibkan shalat. Ukhti Lina baru mengetahui hal ini semenjak dia kuliah di Indonesia di Universitas Brawijaya—karena kesempatan dia mendapat beasiswa yang diberikan oleh Negara Arab untuk Negara-negara minoritas muslim seluruh dunia, termasuk Vietnam. Sebagai Muslim yang hanya turunan (dia muslim cuma karena orangtuanya yang muslim, makanya dia muslim) dia baru mengenal betapa indahnya islam itu sejak mengikuti Lembaga Da’wah Kampus yang ada di Kampusnya—bahkan untuk hukum shalatpun dia baru tahu saat berada di sini. Sebagai info saja ya, salah satu visi Negara Arab yang memberikan beasiswa kepada pemuda muslim negara minoritas ini adalah untuk memajukan islam saat sudah kembali ke negaranya lagi jika lulus nanti.
Asal kamu tahu saja, di Vietnam itu penduduknya kira-kira cuma +/- 69 juta orang, lalu orang yang menganut agama islam tidak lebih dari 1% jumlah penduduk di sana—sudah bisa kebayang khan betapa banyaknya muslim di sana *eh?* trus trus? Pendidikan di Vietnam itu sama kok dengan yang ada di Indonesia, yaitu 12 tahun hanya saja dari kelas 1 sampai kelas 12 tidak ada yang namanya pendidikan agama baik untuk agama manapun di dalam kurikulum pendidikan Vietnam. Nah, kira-kira tau ngga alasannya kenapa?  Udah jelas banget kamu pasti bisa tebak, yep, karena negara Vietnam itu adalah negara Komunis—di sana hanya ada 1 Partai yaitu Partai Komunis Vietnam yang sebagai partai tunggal di sana. Well, jangan ditanya bagaimana kebijakan pemerintah di sana—kalau kita naik haji, sepulang kita naik haji kita pasti ditanya pejabat setempat apa saja yang kita lakukan selama naik haji, diinterogasi habis habisan :D yang intinya, mereka sangat membatasi hal-hal keagamaan.
Komunisme di Vietnam yang hanya ada istilah menyembah dan mengagung-agungkan presiden pertama mereka Ho Chi Minh (penuhanan pada suatu tokoh) tidak ada yang percaya dengan Tuhan. Meskipun begitu, mereka tetap kapitalis secara ekonomi semenjak adanya reformasi dan akhirnya diizinkannya investor luar (swasta).
Ukhti Lina berucap “Pada dasarnya kuliah di Indonesia karena beasiswa dengan salah satu peraturan selama kuliah di sini adalah tidak boleh ikut dengan kegiatan politik—tapi melihat keadaan kaum muslim Palestina dan negara-negara lain yang terpuruk. Siapa lagi yang membangkitkan muslim Vietnam kalau bukan saya?”
“Saat saya baru sampai di kampung halaman saya, saya dibilang teroris padahal baru beberapa tahun di Indonesia.” Ukhti Lina bercerita. “Saya sejak kecil tidak pernah mendengar Adzan. Bahkan tahu kalau ada yang namanya Adzan itu sejak berada di Indonesia saja.” Tambahnya lagi.
Nah, udah sedikit ada gambaran khan bagaimana keadaan kaum muslimin di negara Vietnam sana. Kita juga harus tahu salah satu budaya Vietnam yaitu budaya minum khamar. Meski muslim Vietnam tahu itu haram tapi yang namanya budaya ya mereka lanjut aja. Lalu untuk makanan halal, muslim Vietnam antisipasi dengan menyembelih sendiri lalu menjualnya ke sesama muslim. “Untuk mendapatkan makanan halal, itu kami sangat susah sekali—makanya kebanyakan muslim yang berada di selatan Vietnam yang pekerjaannya petani bergadang hasil ternak ayam milik mereka sendiri kepada sesama muslim.” Ucap Ukhti Lina. Saat mendengar yang ini kami semua tertawa, lalu ada MC yang mengoreksi ucapan beliau “Berdagang ukhti.” “Wah, haha, berdagang maksud saya, maaf.” Dia tersipu malu dengan ucapan Indonesianya yang salah tersebut. “Yah, intinya saya bahagia dipertemukan Allah dengan ukhti di MHTI.” Tambahnya dengan tersenyum.
By the way, jangan pikir setelah Ukhti Lina bergabung dengan partai politik MHTI bukan berarti kalau ujian medan da’wah dia begitu mudah, belum lagi dengan peraturan beasiswa kuliah dia yang tidak memperbolehkan terlibat dalam politik. “Saya tidak perlu patuh dengan peraturan ini.” Ucap Ukhti Lina dengan tertawa. “Masih banyak aturan lain yang lebih layak untuk saya taati. Saat saya datang dan orangtua saya tahu keadaan saya yang seperti ini, mereka malah tidak mempermasalahkan bahkan malah membela saya dari gosip ibu-ibu depan rumah. Meski sebenarnya saat pertamakali tahu, orangtua saya tidak menampakkan wajah yang gembira.”
Nah ikhwah, Ini adalah inspirasi bagi kita—beranikah kita sebagai pelopor memperjuangkan islam di kampung halaman kita kelak? Meski dalam keadaan minoritas, meski tidak ada teman yang memberi semangat saat kita sedang futur, saat kita hanya sendiri—diri kita sendirilah satu-satunya yang bisa membuat kita bangkit ketika kita dalam tingkat futur ini. Rumit? Memang rumit—dan sangat menyakitkan. Kita layaknya kerang mutiara. Dalam sebuah kerang mutiara, terdapat inti kerang yang tertutup oleh cangkang. Setiap saat pasir dan kotoran masuk ke dalam cangkang dan membuat inti mutiara kesakitan karena serpihan, kotoran dan pasir itulah rasanya cangkang ingin sekali membuka dirinya supaya bisa mengeluarkan serpihan dan pasir itu bisa disingkirkan. Tapi apa? Ketika kerang mutiara ingat tujuan awalnya adalah agar menjadi kerang mutiara yang menghasilkan mutiara. Berhari-hari, berbulan-bulan bahkan bisa jadi mungkin saja bertahun-tahun kerang mutiara menahan rasa sakit dan akhirnya ketika saat itu tiba—saat panen, serpihan dan pasir tersebut berubah menjadi mutiara yang berharga—mereka menjadi kerang yang istimewa yang menghasilkan mutiara yang harganya tidak sebanding dengan kerang-kerang yang lain. Mereka istimewa—dan yang lain biasa.

Lalu, bagaimana untuk memanagement diri agar tetap istiqomah dan terhindar dari futur meski dalam keadaan sendiri tanpa ada yang menemani :D *eh?* meski dalam keadaan sendiri dan tidak ada lagi teman yang mungkin menyelamatkan kita dari futur yang menyerang. Tips dari ukhti Lina:

  • Yakin syari’ah khilafah satu-satunya sistem yang layak, pantas.
  • Manfaatkan waktu yang ada untuk menyampaikan ide-ide islam pada siapapun kapanpun. Jangan disimpan sendiri.
  • Memperbanyak tsaqofah, memperbanyak belajar bahasa arab.
  • Semangat saja tidak cukup karena bisa futur, tapi kesadaran penuh bahwa syari’ah harus tetap diperjuangkan.
  • Dari Ibnu  Umar ra  “Jadilah kau di dunia ini layaknya orang asing atau orang sekedar lewat.” HR Bukhari.
  • “Dan tidak akan Ku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku” (Adz-dzariyat:56)

Well, dengan begini kita sudah ngerti khan kalau yang namanya pengemban da’wah itu adalah penjaganya umat, penjaga umat itu adalah pertahanan terdepan dari umat—trus? Masa penjaga umat perlu penjaga juga, ya sudah pasti penjaga umat bisa dan harus mampu menjaga diri sendiri agar terus menjadi teladan orang-orang di sekelilingnya—menjaga diri sendiri dari virus futur yang sangat berbahaya. Yep, itu tadi cerita saya yah—biar saya memberikan semangat kepada diri sendiri, sekalian juga memberi semangat kepada teman-teman saya yang lain termasuk kamu. Bawalah keluh kesah penyebab kamu menjadi futur itu dalam tangis di atas sajadah. Perbanyaklah mengingat perjuangan rasulullah yang luarbiasa. Kamu haruslah ingat lagi niat awal dari da’wah yang kamu lakukan, ingat tujuan da’wah ini dan ingatlah Allah—bahwa pertolongan Allah sangatlah dekat. 

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." QS. Ali Imran: 110.

Kam eng, ukhtifillah :) *terima kasih, ukhtifillah (bahasa Vietnam)*

Wassalamu'alaykum.wr.wb...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar dari anda menambahkan hal positif bagi Zeki R.A.

Thanks for reading :)

Total Pageviews

ZEKI R.A.. Diberdayakan oleh Blogger.
 
Small Pencil